Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Kamis, 17 November 2011

Perempuan yang ‘Melahirkan’ Pahlawan



Tatty Elmir -Perempuan yang ‘Melahirkan’ Pahlawan

Untuk Bunda Tatty Elmir
(Penulis Novel Keydo & Pendiri Forum Indonesia Muda)

Bismillah…

Salam takzim untukmu, Bunda Tatty. Semoga kebahagiaan dan rahmat Allah senantiasa tercurah padamu dan keluarga pada hari ini, esok dan seterusnya. Aamiin. Selama rentang waktu yang berjarak lama sejak pertama kali kita bertemu 17 Juli 2011 sampai sekarang rasanya aku tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah karena telah dipertemukan dengan perempuan sebaik bunda.  Perempuan yang melahirkan cinta tepat pada pandangan pertama saat aku melihat bunda. Perempuan yang menyematkan kisah hidup untuk dikenang dan diamanahkan pada anak cucuku nanti.

Bunda…

Awal pertama bertemu dulu di talkshow dan bedah buku Keydo, jujur aku hanya berniat untuk ikut serta dalam proyek menulis buku kumpulan esai “Inspiring Wedding from Keydo” yang digunakan sebagai syarat ikut talkshow dan bedah buku. Keinginan kuat untuk menerbitkan buku begitu menggebu hingga aku meneguhkan hati agar bisa masuk ke dalam proyek tersebut. Kutulis sebuah esai berjudul “Membangun sekolah peradaban di rumah kita” yang ternyata tidak lolos seleksi. Sedih, iya bunda. Tapi sedih itu terbayar saat mendengar langsung uraian bedah buku “Keydo” di auditorium FK Undip yang dibawakan oleh Bunda Tatty, Pak Elmir-suami bunda, ust salim A Fillah.

Rasa sedih itu justru berubah jadi haru dan syukur tak terhingga. Yang membuatku makin mencintai Allah, mencintai tanah pertiwi ini, mencintai pahlawan-pahlawan di jalan sunyi yang tak pernah kukenal, tak kutahu lewat teks buku sejarah di sekolah, tak pernah kusapa lewat kata-kata.

Bunda tak sekedar menuliskan kisah cinta roman ala keydo dan kinang yang mencari cinta sejati di buku ini. Lebih dari itu, Bunda. Bunda menuliskan tentang semangat berbakti lewat kata, gerak laku dan karya.  Mengisahkan dengan anggun kisah patriotik di ujung negeri ini,  kisah patriotik yang dilakukan oleh para pahlawan tanpa nama yang mencintai negeri lebih dari hidup mereka, yang berbakti tak kenal henti, yang berjuang tanpa tepuk tangan, sorot lensa, apalagi tanda jasa. Mungkin mereka bernama bintang sang aktivis kampus, pak djoko sang mentor, ustadz abah yang tertembak saat revolusi, elly kisman sang motivator, atau berderet tokoh lainnya yang tersebar di seluruh novel keydo… mungkin mereka fiksi, tapi kurasa mereka nyata, mereka ada di sekitar kita.

Bunda…

Satu pesan yang tak pernah aku lupa untuk kusematkan kepada anak cucuku nanti, satu pesan yang bunda sampaikan di pertemuan itu : ‘Pernikahan adalah silaturahmi, silaturahmi akan berbuah energy, dan energy selalu akan melahirkan sinergi, maka berhimpunkan untuk melakukan kebaikan-kebaikan untuk sekitar.”

Juga satu kata yang masih kuingat selalu, “ Untuk membangun ketahanan bangsa, harus ada yang berjibaku mengobarkan spirit membangun ketahanan keluarga secara terus-menerus, konsisten, dan istiqomah. Dan semua itu harus diawali dengan kesadaran para pemuda-pemudi untuk memilih jodoh yang baik dan benar.”

Bunda…

Satu pesan itu yang membuatku menitikkan air mata lebih banyak dibanding sebelumnya.
Pun saat membaca pesan ini  di novel:

“Pasangan kita adalah pakaian kita seumur hidup, pakaian yang membuat kita pede menantang dunia, yang membuat kita merasa hebat, yang membuat kita bahagia dan dihargai. Kalau dia kotor, maka cucilah, kalau dia robek sedikit, maka tisiklah, kalau  sobeknya banyak maka tamballah. Menisik dan menambal membutuhkan jarum, bahan, dan benang halus yang sewarna agar jahitan tisik dan tambal menyatu. Artinya, memperbaiki sesuatu yang kurang dari pasangan kita harus dengan cara yang halus, yang tidak kentara.”

Mungkin Allah memang ingin menyadarkanku bahwa pernikahan bukan hanya sebuah institusi menyatunya dua insan, bukan hanya itu. Tapi sebagai janji bahwa pernikahan adalah penggenapan separuh agama. Pernikahan adalah the real life kata seorang temanku. Seiring waktu dengan semangat saling memperbaiki diri, masing-masing pasangan akan mampu bersinergi menyeimbangkan gerak laku pasangannya. Bersatu atas nama Allah dan berjanji untuk menggenapkan hati: sampai nanti sampai mati.

Bunda…

Terimakasih telah mengimpun kami dalam bedah buku saat itu. Sungguh aku tak pernah menyesal menghabiskan 4 jam kebersamaan yang menakjubkan. Kebersamaan yang membuatku menitikkan embun di mataku saat perpisahan tiba. Kebersamaan yang ditunjukkan juga oleh pertunjukan yang dilakukan anak-anak dari Forum Indonesia Muda(FIM), anak-anak yang mencintai negeri ini dengan semangat kunang-kunang : Aku untuk Negeriku. Semangat untuk memancarkan cahaya di kegelapan. Memancarkan bermilyar cahaya kebaikan. Kata bunda, kegelapan tidak untuk dikutuk, kegelapan hadir untuk diterangi oleh cahaya. Berusaha untuk selalu menerangi negeri ini dengan kebaikan sekecil apapun. Bunda memulainya dengan menghimpun pemuda kunang-kunang, memberikan training, mengajak kami memberi sumbangsih nyata bagi negeri, mengajak kami memulai perjuangan dari rumah kami sendiri dari pernikahan yang diberkahi.

Bunda…

Terimakasih telah mengingatkan dengan bijak, dengan kasih sayang dan semangat perbaikan. Bunda, bagiku engkau adalah perempuan yang ‘melahirkan’ pahlawan. Semoga Allah selalu menjagamu dalam lindungan cahayaNya. Aamiin :)

Semarang, 141111, 15:30

NB : Resensi Novel Keydo bisa dibaca di sini 


Kita, puisi dan cinta

Bismillah...

Tadi siang pas smsan sama mba Nenny Makmun, aq baru tau ada info event 1000 puisi di Kompasianival. Kompasianival ini event khusus buat menyambut miladnya kompasiana ke-3.  

Karena penasaran, aq buka grup fiksiana. Ternyata ada info lain lagi, bukan hanya 1000 puisi tapi juga ada event Mirror (Cerita Mini Horor) aq langsung daftar dapet nomer urut 22. hihi... brati posting tulisannya hari pertama. Waaah,senangnyaaa! :D

Nah pas malam ini buka grup fiksiana lagi, kok ada komen kak Nito(Granito Ibrahim) di postingan grup. Tumben, kayaknya belakangan admin satu ini jarang keliatan. haha... Akhirnya malah meluncur ke fb dia. Soalnya sejak event FPK selesai , aq  ga pernah login lagi di kompasiana, wekeke..Dan otomatis ga ngikutin banget postingan2 temen2 disana. Eh, kak nito abis posting link ratu Puisi di Kompasiana. keren! Ada mba Venus, mba ratih, dan mb nenny makmun juga(di sana namanya : Noorhani Laksmi). Yang lain sih belum terlalu kenal. hehe... 

Abis baca2 nama nominasi ratu puisi, meluncurlah lagi ke lapak kak nito. lelaki satu ini emang jago kalo bikin puisi. baca aja puisinya yang ini. Romantisnya elegan menurutku. hihiii... Klo dari novelis, ada mba sefyana khairil, nah... model tulisan dia juga begini. Ada penulis puisi namanya Afra Afifah si pemilik diary hujan. Temen smp ku yang kutaksir dl juga model puisinya begini , wekeke... #gakAdaYangNanya :D  

Ah yasudah, segitu aja wis reportasenya. Kangen mereka yang menuliskan cinta lewat puisi. Kangen belajar buat puisi lagii... Seperti kata temen MP-ersku Kak Tanto : "Puisi itu wakil rasa dalam kata, La..." Hmm, iya juga ya. Jadi kalo nulis puisi pasti pake rasa, ga mungkin tanpa itu. Haha... :P

171111, 19:09

Dua Janji

Januari 50K dan Event Novel Bentang Pustaka.

Gregetan ikut event ini. 
Novel solo pertama dan novel duet pertama (dan hmm.. entah akankah berlanjut tetap nulis lagikah? :p) 
Karena sebenarnya fokus nulisku hanya untuk sekedar hobi, menulis untuk amal, atau untuk menepati sebuah janji pada seseorang. Bukan untuk komersial. Smoga aku bisa menghasilkan karya terbaik dari kedua event ini. ;)

Keinginanku hampir tercapai. Punya 25 buku tahun ini, insyaAllah. 
Beberapa dalam proses terbit, yang 14 sudah terbit. 
Jadi, hanya ingin menepati janji saja. 

Januari nanti mulai fokus lagi di d'BC Network Oriflame. 
Wohoo! 
Aku kangen mbak2ku di jaringan super hebat ini. 
Kangen ngoceh soal staff2 ori , membuat kegejean di tengah malam  di grup, malam2 masih bedah Activity report, heboh pas Tupo, dll.  
Aaaaaagghh! Kangen bangett!
Maafkan sering ditinggal2 yahh... >.<

Hm, oya... Kurasa menepati dua janji berikutnya adalah pilihan yang tepat. 
Terutama karena sudah janji untuk menggenapkannya.
Fokus Oriflame dan bisnis di tahun 2012. Dari bisnis udah ditagih2 ama Asti sebenernya dari Ramadhan. Hihiii.. Ayok, kapan kita jalan2 ke LN buat hunting stock toko? Aku kangen kehebohan kita dulu pas bahas rencana  A-Z, say...Hihii... rasanya impian itu makin nyata. :D 

Semoga Allah memudahkan langkahku, Aamiin. Mohon doanya yaa, teman.... :) 

17-11-11, 10:45

Jumat, 11 November 2011

Surprise!

Bismillah...
Alhamdulillah, membuka jum'at pagi ini dengan ucapan syukur. :D
Ada beberapa kabar gembira sejak kmrn siang :D 
1. Kmrn dapet kabar baik dari kak Rian, postinganku untuk GA mba Fanny lolos sbg kategori tebakan dan postingan pertama. Hehe. Dapet hadiah Novel Anne of Ingleside. Makasih infonya, kak Rian, dan makasih buat mba Fanny... Ini kali kedua dapat hadiah dari GA mba fanny. Alhamdulillah ya... ^^  
Pengumuman Pemenang Giveaway Teka teki berebut Novel -Mba Fanny
2. Naskahku lolos di #11projects11days day ke #9 dan #10. Yang days #11 masih nunggu kabar hari ini. Moga diberi hasil terbaik yaa... Aamiin :D 
Pengumuman nama-nama yang masuk bisa dilihat di Note days #9 dan Note days #10.
Buku Love The Way You Lie seri #1 - Judul Naskah : My Sunny Girl
Buku Bimbang seri #1 - Judul Naskah : Sign
 3. Meski saya ga ikutan Audisi Cermin diri dari Ayo Nulis Buku, tapi cukup puas dengan hasil akhir dan terutama dapet tips juga. 
Apalagi tips ini berguna banget bagi pemula seperti saya. Hehe :D
Pemenang Audisi Cermin Diri

1. Tuhan, Izinkan Perutku Mati Rasa (Karya: Sandza)
2. Malu Sama Kuku (Karya : Nabila Anwar)

Terima kasih kepada sahabat yang telah berpartisipasi dalam audisi Cermin Diri
Naskah yang masuk sangat menarik.

Sekedar saran dari AMB untuk sebagian peserta Cermin Diri
1. Hindari penulisan naskah yang terkesan sangat menggurui
2. Hindari memposisikan pembaca sebagai objek kesalahan
3. Hindari penulisan yang "ngambang" (menulis sesuatu yang tidak sepenuhnya diyakini).
4. Hindari pemborosan kata, kalimat bahkan paragraf.
5. Diusahakan untuk naskah motivasi ada hentakan di akhir naskah.
6. Untuk menarik minat baca, hadirkan kejutan di awal naskah
7. Naskah motivasi yang baik "katanya" naskah yang bisa menggerakkan pembacanya.
Tipsnya bagus, bisa jadi bekal kalo mau nulis nonfiksi- motivasi / pengembangan diri. Layak dicoba yaa... ;)
Semoga ada keberuntungan berikutnya di hari ini, ngarep dapet angpau buku lagi, hehehe... :D
Semarang , 11-11-11, 08:25

Rabu, 09 November 2011

Karakter yang Tak Terlupakan

Karakter yang Tak Terlupakan

By Ary Nilandari and Amiy Sholehah in Komunitas Penulis-Bacaan-Anak

Pernah tidak Anda menemukan atau mengenal seseorang dalam kehidupan nyata yang sulit dilupakan karena keunikan karakternya?
Dan apa pun yang dilakukan dan dikatakannya sesuai dengan karakternya itu?

Sudut Pandang: Gampang-Gampang Susah

Sudut Pandang: Gampang-Gampang Susah

Sudut pandang, Viewpoint, atau Point of View (POV), secara sederhana, adalah bagaimana penulis menempatkan dirinya dalam cerita, dan bagaimana ia menyampaikan cerita kepada pembaca. POV ditentukan saat mulai menulis. Digunakan konsisten dari awal hingga akhir cerita. Jadi tidak berubah-ubah sesukanya antaradegan. Ada beberapa pilihan POV:

1. POV orang pertama (aku): penulis menjadi si aku dalam cerita, mengikuti pikiran dan aksi si aku. Penulis tidak bisa menggambarkan apa yang tidak dilihat si aku, tidak bisa mengetahui perasaan yang tidak dirasakan si aku. POV ini dianggap paling mudah, terutama bagi penulis pemula, karena seperti menulis diari saja. Hati-hati: Apa pun yang diketahui si aku tidak bisa dirahasiakan dari pembaca. Karena pembaca menjadi si aku.
Contoh:
Aku berlari mendaki bukit secepat mungkin. Aku harus meloloskan diri! Jantungku berdegup  kencang dan otot-otot kakiku mengejang. Sampai di puncak bukit, aku menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutiku. Kudengar ia menggerung keras. Rasanya tak mungkin aku bisa lepas darinya. Jelas sekali ia marah karena tiga matanya terkena pasir lemparanku.

2. POV orang kedua (kau): sangat jarang digunakan. Penulis seperti mengamati tindak tanduk si tokoh (kau) melalui teropong, lalu menceritakan apa yang dilihatnya kepada si kau juga.
Contoh:
Kau berlari mendaki bukit secepat mungkin. Kau harus meloloskan diri! Kaurasakan jantungmu berdegup  kencang dan otot-otot kakimu mengejang. Sampai di puncak bukit, kau menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutimu. Ia menggerung keras. Tak mungkin kau bisa lepas darinya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir lemparanmu.

3. POV orang ketiga (dia/ia), subjektif, konsisten di satu tokoh sepanjang cerita. Batasannya hampir sama dengan si aku. Bedanya penulis masuk ke dalam kepala satu tokoh saja, si dia/ia, dan mengikutinya dengan konsisten. Hal-hal di luar pengatahuan si dia, tidak bisa digambarkan, seperti pikiran dan perasaan tokoh-tokoh lain. Dengan POV orang ketiga subjektif ini, karakter dan karakterisasi satu tokoh utama bisa dieksplorasi lebih dalam dan diperkuat. Hati-hati: Tidak mudah konsisten pada satu tokoh. Sering tanpa sadar penulis berpindah memasuki kepala tokoh lain. Diperlukan latihan dan pengalaman untuk menyadari perpindahan ini dan kembali ke jalurnya.
Contoh:
Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, Beno menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Beno mendengarnya menggerung keras. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir. Beno tersenyum getir. Cuma pasir yang dimilikinya untuk melawan makhluk itu. Ke mana Ilya saat ia butuhkan?

4. POV orang ketiga (dia/ia), subjektif, lebih dari satu tokoh. Penulis mengikuti dua atau tiga tokoh penting secara bergantian. Misalnya, ada tiga sahabat--Beno, Ilya, dan Denisa. Penulis memakai POV Beno di bab 1, Ilya di bab 2, dan Denisa di bab 3, dst. Berpindah-pindah pada segmen yang jelas. Eksplorasi tiga karakter utama pun jadi lebih kuat. Hati-hati: Tokoh minor sebaiknya tidak diberi jatah POV, karena hanya akan merampas ruang untuk karakterisasi tokoh utama. Biasanya POV seperti ini diterapkan pada novel. Jarang pada cerpen. Dalam cerpen, tokoh dan adegan terbatas, ruang gerak terbatas, lebih baik didedikasikan semaksimal mungkin untuk tokoh utama.
Contoh
(bab 1) Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, Beno menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Beno mendengarnya menggerung keras. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir. Beno tersenyum getir. Cuma pasir yang dimilikinya untuk melawan makhluk itu. Ke mana Ilya saat dibutuhkan? (dst mengikuti pemikiran Beno)

(bab 2) Ini desa mati. Ilya bisa merasakannya di udara. Keheningan yang aneh. Terlalu hening. Angin tak berembus. Air di palungan tak beriak sedikitpun. Ada genta angin dari kulit kerang tergantung di atap pondok terdekat. Rasanya Ilya mau memberikan semua uang di kantongnya sekarang untuk melihat genta itu berayun dan berbunyi. Ilya mengembuskan napas yang tanpa sadar ia tahan. Satu-satunya bunyi kehidupan. Lalu ia melangkah. Pasir berkeresek di bawah sandalnya. Satu lagi bunyi yang membuat keheningan semakin terasa. Aaah, di mana Beno saat ia membutuhkan anak itu! (dst mengikuti pengalaman Ilya)

5. POV penulis segala tahu, playing God, omniscient. Penulis mengetahui semua kejadian, perasaan dan pemikiran semua tokoh, di semua tempat dan waktu. Sering dianggap paling mudah karena penulis jadi seperti dalang, hanya menceritakan kejadian di sana-sini. Padahal omniscient berarti juga mengetahui pemikiran dan perasaan semua tokoh. Artinya, penulis harus pandai bermanuver ketika menceritakan interaksi dua tokoh yang saling berkonflik. Bagaimana emosi dan pemikiran  dua tokoh ini ketika mereka berdialog, misalnya. Tanpa kepiawaian ini, karakterisasi tokoh-tokohnya kurang tergali, eksplorasi emosi tidak mendalam, dan akhirnya seperti menggunakan POV orang ketiga objektif.
Contoh:
Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup  kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, ia menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya.

Di belakang Beno, Gora menggerung keras. Langkahnya dipercepat. Sebentar lagi ia bisa menyusul anak itu. Keterlaluan sekali kalau makhluk sekecil itu bisa lolos darinya. Si Perkasa Gora dari  Lembah Hitam tak pernah gagal menangkap buruannya. Apalagi buruan yang telah mempermalukannya di depan sang Raja. Ketiga mata Gora masih terasa pedih akibat pasir yang dilemparkan anak itu.

Sementara itu, di jendela menara, Denisa menurunkan teropongnya. Ia tak sanggup menyaksikan. Beno mungkin pandai berdebat, tapi terbukti caranya tak berhasil. Denisa yang harus bertindak sekarang. Beno dan Ilya harus mengakui, dialah  yang benar.

Denisa berpaling kepada Raja Lembah Hitam. “Panggil Gora pulang. Lepaskan Beno,” bisiknya lemah. "Kami akan membantumu."

Mendengar itu, Sang Raja tergelak. Mata majemuknya seolah berteriak serempak, "Apa kataku!" Lalu ia menjentikkan jari. Isyarat yang akan didengar jelas oleh Gora.  (dst.)

6. POV orang ketiga objektif. Penulis hanya narator yang menceritakan peristiwa, tanpa menggambarkan perasaan atau pemikiran tokoh-tokohnya. Karakterisasi tidak dipentingkan. Tetapi ceritalah yang dibuat menarik sehingga pembaca ingat pada tokoh-tokohnya. Contohnya adalah dongeng-dongeng tradisional dengan tokoh hitam-putih. Sudah ditentukan oleh penulis dari awal, siapa yang baik siapa yang jahat melalui deskripsi singkat, bukan melalui perkembangan dramatis.

7. POV campuran. Lazimnya, novel menggunakan sudut pandang tunggal, orang kesatu atau ketiga. Tapi banyak penulis (terutama sastra), menggunakan campuran keduanya. Untuk satu tokoh, penulis konsisten menggunakan aku. Lalu untuk kejadian-kejadian yang si aku tidak hadir di sana, penulis menggunakan POV orang ketiga omniscient atau terbatas. James Patterson sering menggunakan POV campuran ini dalam novel-novelnya, antara lain serial Maximum Ride.

Semoga terasa bedanya ya. Silakan bereksperimen.
Seperti aku bereksperimen dengan contoh-contoh di atas, yang sebagian aku karang dadakan. Bukan diambil dari novelku yang sudah terbit.

Salam kreatif
Ary Nilandari

Cerita di Balik Layar Dongeng Oriental

Cerita di Balik Layar Dongeng Oriental

Zaman dahulu kala, eh, tiga atau empat tahun yang lalu, di sebuah milis, terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang hak cipta. Bagaimana hukumnya menulis cerita rakyat? Ada yang bilang itu salah dan melanggar hak cipta dengan berbagai alasannya.
Saya dan teh Tethy, memilih yang mudah dan menguntungkan saja. Ups! Nggak, tentu saja setelah riset juga. Intinya, boleh-boleh saja cerita ulang cerita rakyat.

Akhirnya, kita pun sepakat membuat cerita rakyat Jepang.
Pertama, survey penerbit! Kira-kira mana yang cocok untuk dikirimi?
Kami menemukan sebuah penerbit yang banyak menerbitkan cerita rakyat Indonesia, dengan bentuk pictorial book, satu judul satu buku, masing-masing 24 halaman. Itulah yang kemudian kami kerjakan.

Kami termasuk agak pemilih dalam menulis ini, juga berusaha agar cerita 'menganak banget'. Ya, cerita rakyat memang sarat dengan kekerasan, temanya pun banyak yang bukan untuk anak-anak. Akhirnya, terkumpullah 20 cerita rakyat. Semua saya print dan kirim ke penerbit. Lumayan ngemodal juga, biasanya saya jarang kirim naskah dalam bentuk print out. Tapi, untuk naskah ini, saya pede banget bakalan diterbitin ma penerbit ini. Mikirnya, 'ah, pasti balik modal-lah' xixixix...

Eh, nunggu sebulan, dua bulan, sampai hampir setahun pun tiada kabar.
Pertama, menanyakan dulu. Tanya lewat email yang tercantum di blog penerbit. Tiada jawaban. Beberapa bulan kemudian, ya tarik aja...lewat email itu juga hihih..
(Saya lupa,apakah waktu itu teh Tethy menanyakan via telpon, yak? kayaknya iya, ya...)

Naskah pun dalam status 'bebas'.
Begitu ada sebuah lowongan dari penerbit lain, cepet-cepet deh naskah itu dimasukin.
Belum berjodoh lagi!
Kali ini ada email penolakan (betapa sebuah penolakan pun sangat berharga ya, dibandingkan tiada kabar sama sekali).
Setelah itu, entah berapa lagi penerbit yang kami tawari.

Yah, begitulah nasib cerita rakyat Jepang ini. Bukan naskah instant. Hampir tiga tiga tahun prosesnya. sampai akhirnya berjodoh di Indria Pustaka dengan berbagai revisi. Sebelumnya hanya cerita rakyat Jepang, ditambah Korea dan China. Semula pictorial book, menjadi cerita pendek biasa :)

Begitu ceritanya...
Oke, deh. Minta doanya aja, moga manfaat dan laris manisss, royalti sampai ke penulisss...:d

Judul : Dongeng Oriental. Kisah Kebaikan Hati dari Negeri Jepang, Cina, dan Korea.
Penulis: Tethy Ezokanzo dan Aan Wulandari
Penerbit: Indria Pustaka, grup Puspa Swara
Penyunting: Tribuana Tunggal Sukma
Perancang Sampul: Zariyal
Penata letak: Puthut Tri Sudarmanto
Ilustrasi isi dan sampul: Mono
iv + 142 halaman ; 19 x 23 cm
Harga: Rp58.900,00

SYARAT MENERBITKAN ULANG

SYARAT MENERBITKAN ULANG

Ary Nilandari(menjawab pertanyaan Beby Haryanti Dewi)

DARI SISI LEGAL

Apakah sebelumnya diterbitkan oleh penerbit atau indi? Kalau oleh penerbit, tentunya ada perjanjiannya. Pastikan masa eksploitasinya memang sudah akan berakhir, niat terminasi kontrak biasanya diajukan beberapa bulan sebelumnya, sehingga penerbit ybs belum melakukan proses cetak ulang. Kalau hak itu sudah kembali ke penulis, kita bebas mengajukannya ke penerbit lain. Mungkin dengan revisi terlebih dulu dengan penambahan dan pembaruan. Penerbit lain tentunya enggan menerima naskah yang sudah "diperah" habis.

Kalau masih dalam masa ekploitasi satu penerbit, atau kita masih mau melanjutkan kontrak dengan mereka, biasanya ada pasal yang mewajibkan secara berkala kedua pihak membuat revisi seperlunya sebelum cetak ulang.  Ajukan saja proposal pembaruan atau remake, lengkap dengan pertimbangan selling point dsb.

DARI SISI ISI BUKU

Sebuah naskah layak diterbitkan ulang jika buku itu sendiri tentu saja masih dirasa up to date, masih diperlukan, ada generasi baru pembaca yang bisa disasar. Mungkin saja karena suatu hal buku tsb waktu terbit pertama kali kurang promosi atau muncul pada waktu yang salah sehingga tenggelam, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk republish dengan wajah baru.

Kalau buku itu berupa novel, bikin sekalian cerita baru sekuelnya. Jadi waktu mengajukan ke penerbit baru, langsung dua buku :)

Ada kalanya novel lawas kita terbit pada timing yang salah dan mendapatkan treatment yang kurang memuaskan sehingga nggak nyampe ke sasaran. Kan sayang banget tuh. Yang seperti ini layak diperjuangkan untuk remade dan republished.

Menulis Fabel Yuk

Menulis Fabel yuk?

“Kayaknya, naskah fabel udah nggak diminati lagi ya?”
“Aku punya naskah fabel, tapi ditolak melulu ama penerbit. Apa sudah nggak jamannya bikin fabel?”

Sering berpikiran begitu? Jika ya, jawabannya adalah:
Fabel masih diminati kok. Rasanya semua penerbit mau mereview naskah fabel dari kita. Jika naskah kita ditolak, selain faktor X yang datang dari luar, mungkin juga ada yang “salah” dalam naskah kita?
Salah, bukan berarti jelek.
Salah,bukan berarti totally wrong.
Salah, mungkin artinya fabel kita perlu sedikit dipoles lagi supaya lebih kinclong J

Pertanyaannya:
Ah, fabel itu kan seperti dongeng-dongeng lainnya? Hanya saja, tokohnya diganti binatang.
Cerita realistis bisa dijadikan fabel juga kan? Tokohnya (lagi-lagi) diganti binatang. Jadi si binatang bisa naik sepeda, bisa gosok gigi, bahkan bisa menjahit dan memasak?
Betul.  Namanya dongeng, apapun bisa kita tuliskan dalam fabel ini. Tak ada yang menyalahkan kok.

Lalu, kenapa kok fabel saya ditolak melulu? Padahal fabel yang saya tulis sarat dengan ajaran kebaikan lho.

Saya bukan ahli menulis fabel. Lebih tepatnya lagi, saya juga masih belajar menulis.
Hanya saja, kebetulan saya memang banyak menggunakan tokoh binatang dalam cerita-cerita yang saya tulis. Dan masterpiecenya adalah “Dongeng Fantastis Dunia Binatang” yang berisi 23 fabel. Udah pada beli? Belum? Beli dong..

Saya ada resep rahasia dalam menulis cerita, tak hanya fabel. Apa sih resepnya? Berusahalah untuk memandang atau melihat satu masalah dari sisi yang lain. Masalah apapun itu!
Jadi, kalau teman-teman melihat benda berwarna hijau, jangan cepat percaya dan mengamini bahwa itu hijau doang. Bisa saja warna hijau itu berasal dari warna kuning dan biru yang bertemu? Atau sebenarnya ada warna lain di balik hijau itu? Kebetulan ada tukang cat lewat dan iseng menyapukan cat berwarna hijau?
Hihi, paham nggak sih maksud saya? Mbulet ya? Maklum, efek kuliah di Filsafat J kalo nggak mbulet nggak afdol.

Saya kasih contoh saja deh. Contohnya saya ambil dari cerita saya yang berjudul “Lomba Lari”. Cerita ini terinspirasi dari cerita lawas, tentang kelinci dan kura-kura yang lomba lari. Kura-kura lalu membohongi kelinci dengan mengajak temannya ikut berlari. Kelinci pun kalah, kura-kura menang.
Selama ini, yang kita tahu, kura-kura menang dan kita beranggapan bahwa kecerdikan itu bisa mengalahkan kesombongan kan?
Saya berpikir ulang. No, saya nggak suka kura-kura berbohong. Dan saya nggak mau bikin kelinci yang sombong. Kelinci memang pernah menghina kura-kura sebagai mahluk yang lambat, tapi kelinci sudah minta maaf.
Saya nggak mau kura-kura sukses berbohong. Saya lalu membuat kura-kura ketahuan bohongnya. Caranya? Ada di buku saya, hihi.
Endingnya bagaimana? Kelinci marah karena dibohongi kura-kura? Seharusnya begitu kan? Seharusnya dia kembali mengejek kura-kura sebagai mahluk lambat kan?
Tapi tidak, saya tidak mau membuat ending kelinci mempermalukan kura-kura.

Intinya, sebelum membuat suatu cerita, bacalah dulu banyak cerita untuk melatih kita menciptakan unusual plot and ending.
Jangan beralasan: Saya tinggal di desa, gak ada toko buku. Saya punya anak kecil, susah nyari waktu untuk baca. Saya ndak punya pembantu, hidup saya bak upik abu. Saya keadaan ekonominya masih kembang kempis, ga mampu beli buku.
Hmm..mampu onlen tiap hari, pasti mampu browsing juga kan? Jangan FBan melulu (*gampar diri sendiri)
Baca, browsing, pelajari, amati, cermati, dan eksekusi!
Rajin membaca akan tahu, oh cerita-cerita yang ada itu biasanya gini endingnya. Oh kalo ada melakukan kejahatan, biasanya ketahuan, terus dihukum bla..bla. Oh, kalo ada anak baik maka akan mendapatkan bla..bla.
Lalu, pikirkanlah sesuatu yang beda. Pencuri, tentunya tetap mendapat hukuman. Tapi bagaimana caranya? Bagaimana proses ketahuannya? Bagaimana sikapnya setelah ketahuan/dihukum? Mari kita berkreativitas dengan alam pikiran kita. Jangan mau bikin cerita yang “biasa-biasa” saja.

Eh, sepertinya saya melenceng keluar dari fabel ya? Hehe, tapi percayalah..resep rahasia di atas itu berlaku untuk cerita fabel juga kok.
Beberapa hal yang bisa saya bagi berdasarkan pengalaman saat saya menulis fabel adalah:
  1. Ada penerbit yang mau-mau saja menerima binatang yang bisa act as human being. Bisa gosok gigi, bisa menari, bisa pake baju princess dll. Untuk  jenis ini, kita bebas mau bikin binatang A bisa ngapain aja. Boleh-boleh saja gajah bisa terbang, atau punuk unta bisa buat lemari baju. Siapa takut?
  2. Ada penerbit yang maunya fabel itu tetap stick to karakter asli binatangnya. Misalnya, singa itu ya binatang buas berkaki empat. Jangan bikin cerita singa jadi anak manis pake rok dan pita, lalu doyan makan daun singkong.
  3. Tokoh-tokoh dalam fabel boleh pake nama, boleh juga tidak. Ada yang bilang, anak-anak bakal suka kalo dikasi nama, namun ada juga yang bilang pemberian nama hanya akan menyulitkan anak-anak mengingat siapa tokoh-tokohnya. Jadi, monggo deh mana yang mau dipilih.
  4. Tentukan arah fabel yang mau kalian tulis. Apakah mau berbagi informasi/pengetahuan? Misalnya tentang cicak yang memutus ekornya?  Atau bunglon yang berubah warna? Saran saya, lakukan riset sebelum menulis. Fabel informatif kayak gini, kalo ceritanya ngawur ya bikin ilfil.
  5. Untuk tahu penerbit X maunya fabel yang kayak gimana, atau penerbit Y seleranya gimana? Rajin nengokin buku-buku terbitan mereka deh. Biasanya, kebaca kok kalo penerbit X ini sukanya nerbitin buku yang informatif/berbau-bau pengetahuan. Atau penerbit Y sukanya nerbitin dongeng-dongeng.  Lalu, colek-colek deh para editornya.
  6. Ada yang mau nambahin? Tolooonggg….saya belum jadi ahli fabel! Sekian dan terima kasih. Semoga ini menjadi SESUATU ya? Alhamdullilah..beberapa orang bilang kalo cerita-cerita saya out of the box. Alhamdullilah...semoga jadi sesuatu *jadi rumah, mobil, emas batangan dll

[Januari50K] Awal Sebuah Cerita

AWAL SEBUAH CERITA

By TD Siswo 
Ide sudah menari-menari tetapi ketika akan mengawali cerita, mendadak pikiran seperti mati. Apa yang harus ditulis?

Mari kita belajar, bagaimana para suhu mengawali cerita...

a. Deskripsi tentang kota/kerajaan/negeri
Ada sebuah negeri indah dan mungil bernama negeri madu. Penghuni yang tinggal di negeri itu beraneka ragam. Ada hewan-hewan, peri, kurcaci, bahkan raksasa juga! (Kisah dari Negeri Madu – Haya Aliya Zaki).
Dahulu kala, negeri Totanua adalah negeri yang subur. Kehidupan rakyatnya sangat sejahtera. (Raja Buruk Muka – Sri Widiastuti)

b. Deskripsi tentang sifat/keadaan tokoh utama
Uli adalah seekor ulat pemalas. Ketika teman-temannya asyik makan daun-daun untuk bekal tidur panjang, Uli hanya bermalas-malasan. (Kupu-kupu yang Tak Bisa Terbang – Arumi Ekowati).
Pak Ruben, si penjahit istana, sudah sangat tua dan ingin pensiun. Namun Raja belum menemukan penjahit penggantinya. (Jubah Satu Mutiara – Rae Sita Patappa)

c. Deskripsi tentang kegiatan/aktifitas/perasaan tokoh utama
“Uwaaa....” Ulit menguap, membuka mulutnya lebar-lebar. Ia baru saja bangun tidur, padahal mentari sudah tinggi. (Peri Pagi – QS. Emmus).
Sepasang mata kucing tiba-tiba membentang di depan Lisa. Sangat besar! Membuat Lisa ketakutan. Ia berteriak nyaring, tapi tak seorangpun yang datang menolong. (Setelah Ipin Pergi – Benny Rhamdani).
---
Contoh diatas adalah yang banyak dipakai untuk mengawali sebuah cerita. Selain contoh diatas, tentu saja masih ada cara lain. silahkan gali sendiri dari cerita yang teman2 baca. Tetapi dengan bekal 3 contoh diatas, kurasa sudah cukup untuk memulai menulis. Jadi... Tak perlu banyak teori, segeralah beraksi (menulis).
*Tak lupa, mohon ijin kepada suhu dan teman-teman yang ceritanya saya kutip sebagai contoh.
Semoga bermanfaat.
Tedi.

Selasa, 08 November 2011

Analisa Hasil Tulisan

Bismillah... 

Alhamdulillah, kmrn dapet kabar baik. Novel Mestakung hadiah dari penerbit Mizan udah nyampe. hehe... 

Buku yang bagus, insyaAllah. Saya beruntung memilikinya tanpa harus beli. Hihi... :D 

Oya, hari kmrn saya jg dapat sepaket kejutan istimewa. Naskah saya tidak lolos. :p 
Dan hari ini juga, alhamdulillah yaaa ga lolos lagi, wekeke. :D

Setelah dianalisa, saya jadi tahu. Dimana kekurangan naskah saya. Pilihan jenis tulisan ternyata menentukan peran penting. 

Saya yang terbiasa dengan lingkungan enterpreneur, dan tak pernah menulis puisi, mendadak seperti ditantang. Bisakah nulis puisi? Sementara sisi melankolis saya belum muncul juga. Dominan koleris. Heww... entah pas itu nulis puisinya gimana. Yang pasti tulisan berbentuk puisi bukan tipe saya.:p

Hasil belajar puisi di event2 sebelumnya :
  • Pernah lolos seleksi di event UNSA AWARD 2011, terpilih  sampai seleksi II, menjadi 63 besar dari 200 peserta yang mengirim puisi tema Setia. Masih banyak kurangnya. -.-"
  • Pernah juga lolos di buku #11projects11days days #3 nulisbuku.com tema Salah. 
  • Pernah menulis kolaborasi di FPK Kompasiana Fiksiana, duet dengan 3 penyair, hasilnya lumayan amazing, dipuji vote "bermanfaat", dan "Inspiratif" tp masih berantakan soal cara nyambung bait satu dgn lainnya. awaww..baiklah..
  • Masuk di 100 puisi terpilih Event Dee Shinzy.  :D
  • Juga puisi saya ditolak nulisbuku.com di days #7 dan days #8. 
Heuheu.. tp beda dengan model tulisan esai, Flash Fiction, non fiksi, dan true story, saya lancar menuliskannya. Pernah beberapa kali menang juga. Apa segitu susahnya buat puisi ya? Haaha.. Masalahnya saya bukan tipe yang romantis galau bin bimbang. :)) 

Jadi keingetan kata-kata Pak Ippho, kenali sidik jari kemenanganmu. Karena tiap orang punya keunikan sendiri-sendiri. Klo saya lemah di puisi misal nilai saya 6, dan memaksakan untuk nulis puisi, itu hanya akan membuat saya berada di level dibawah istimewa, paling banter mungkin nambah 2 point doang. Jadi 8 nilainya. :D 

Beda kalo saya biasa nulis non fiksi nilainya 8, jam terbang latihan ditambah sampai saya bisa mahir, hasilnya bisa jadi nilai tulisan saya 10. 

Nah kan? Saya mulai tau mana jenis tulisan yang saya yakin saya bisa menuliskannya dengan baik :: romance yg ga terlalu lebay bin bertele-tele dan tlsn inspiratif/motivasi. haha.. Lain itu ga tau deh yaa. wekeke... 

Anw, apapun itu, pembelajaran menarik ttg puisi selalu membekas di hati dan otak saya. Smg selalu membuat langkah saya lebih mantap untuk tetap belajar menulis lebih baik lagi.  :D

Semarang, 081111, 13:30