Bismillah
Malam ini, banyak hal yang seharusnya aku kerjakan. Bukan hanya dikerjakan, tapi juga diselesaikan. Oya, tadi pas pulang ke tempatku, aku pake taksi. Si bapak-bapak sopir taksinya ini baik banget, Alhamdulillah amanah. Padahal jam udah menunjukkan pukul 20:30. Sesuatu yang bikin aku ga bisa berhenti buat was-was. Pulang jam segitu itu termasuk jam-jam rawan kan? Apalagi buat perempuan.:)
Oya, satu yang aku suka dari si sopir taksi ini. Si bapak ini baik banget. Pas aku masuk ke taksinya, dia nanya, apa aku bareng temen. Mungkin karena heran kali ya, kok sendirian. Kubilang aja emang temanku belum dateng, mungkin minggu depan baru dateng. Daann, pas itulah dia nanya ke orang lain, yang seumuran sama aku, mungkin dikiranya ada yang nyari taksi juga, maksudnya biar bareng dan irit biaya. :D Eetapi, ga ada. Yasudahlah, jadi aku pulang ke kosku sendiri. :D
Btw, sepanjang perjalanan si bapak nanya kerjaanku apa. Aku bilang kalo project dengan kantor pemerintah jauh lebih menguntungkan, cuma sekarang emang aku ga di kantor lagi. Btw, btw… si bapak akhirnya cerita curhat gitu soal istrinya. Katanya selama 9 tahun si istri yang sebenernya sarjana ekonomi, dipaksa sama dia buat kerja sebagai pengajar di sebuah sekolah dasar sebagai pegawai honorer di Kendal kaliwungu. Ya katanya daripada nganggur di rumah. Jadi sebenernya sih cuma buat ngisi waktu luang. Kalo ngajar kan ga terlalu capek. Menurut basic pendidikan, jelas si istrinya ini ga bisa ngajar, ga ada basic sama sekali. Tapi setelah terjun di dunia ngajar akhirnya luwes juga ngajarnya. Hehe. Kata si bapak ini, apa aja bisa kok dipelajari, asal rajin aja dan ada kemauan. :)
Hmm, tau berapa gaji istrinya itu? 140 rb sekian sekian. Intinya, gajinya kalo dibayar di awal bulan, mungkin ga akan cukup buat bayar ini itu. Tapi, tahukah kamu, kuasa Allah berlaku buat keluarganya.
Hmm, tau berapa gaji istrinya itu? 140 rb sekian sekian. Intinya, gajinya kalo dibayar di awal bulan, mungkin ga akan cukup buat bayar ini itu. Tapi, tahukah kamu, kuasa Allah berlaku buat keluarganya.
Di tahun ke 9, keajaiban itu datang. Bupati yang sedang pengen nyalon jadi bupati lagi setelah masa jabatannya selesai itu, ngajak semua guru honorer yangd atang dalam rapat pertemuan dan nawarin kalo mau dinaikkan gajinya. Jadilah si istrinya itu akhirnya digaji sekitar 450 rb an. Jadi gajinya naik sebesar 300 rb. Sangat sedikit menurutku, tapi bagi dia itu luar biasa.
Rasa syukurnya terlihat sekali pas dia cerita sama aku sepanjang perjalanan. Btw, sampai akhirnya, suatu ketika di tahun 2009 keajaiban itu datang lagi. Presiden kita yang banyak dicerca sama kita ini justru membantu istrinya buat jadi pegawai PNS. Soalnya kebijakan SBY yang tahun 2009 itu, semua pegawai honorer diangkat dan dapet SK. Akhirnya, istrinya jadi guru, tanpa tes ini itu. Langsung dapet SK. Dann, gajinya tentunya sudah lebih baik dibandingkan 9 tahun dia mengabdi sebagai guru honorer.
Si bapak ini, entah kenapa kok ya nyaman banget ngobrol sama aku. Mungkin mau kasih nasihat ya. Kata dia, “Orang hidup ya ga mungkin susah terus, mba. Suatu saat pasti akan bahagia. Sama seperti puasa. Kita ga akan mungkin puasa terus. Ada saatnya berbuka. Suatu saat yang kita kerjakan sekecil apapun itu akan berdampak pada diri kita.” Daan, tau ga? Waktu si bapak bilang kayak gitu, ga tau kenapa aku nahan nangis. Ga tau ya, cuma ngerasa aja sih. Mungkin selama ini aku ngerasa Allah ga adil banget sama hidupku. Yang aku mau belum tentu dikasih, tapi diganti sama yang sama sekali ga aku sukai. Sesuatu yang aku benar-benar nantikan justru harus aku tunggu selama 6 tahun. Mungkin sama seperti penantian si bapak itu, dia berharap banget hidup mereka bakal membaik, makanya dia tetap bertahan di semarang, berjuang menghadapi kerasnya hidup. And then, sekarang dia bisa bernafas lega. Tuhan memberi balasan atas rasa sabarnya menghadapi ujian yang sebelumnya dia anggap tidak adil itu. Sesuatu yang kata dia dulu adalah pahit kehidupan, sekarang bisa dia ceritakan dengan tersenyum.
Aku sering tanpa sengaja dicurhati orang-orang seperti si bapak ini. Pernah juga di bank, sambil bikin rekening tabungan buat adekku, si CS nya cerita soal lika liku kehidupan dia. Sampai adikku dan aku bengong sendiri. Kok ya orang segitu gampangnya curhat sama aku? Padahal itu kan kisah dia. Ga semua orang bisa seterbuka itu mengungkap jati diri sendiri. Apalagi mengungkap masa lalu yang mungkin bahkan bisa dibilang pahit.
Ah, aku cuma berbaik sangka. Mungkin ini cara Tuhan menjawab segala gelisahku selama ini. Mungkin Dia ingin menitipkan hikmah dari pertemuanku dengan orang-orang seperti si sopir taksi atau si mbak CS tadi.
Andai aku bisa lebih cepat membaca tanda dariNya, mungkin akan lebih cepat juga masalahku selesai. Ya, mungkin karena sebenarnya mata hati pas kemarin-kemarin masih kekunci. Ga terlalu dekat seperti saat ini, saat rasa harap hanya ditujukan padaNya, tidak selainNya. Siapa lagi yang bisa aku mintai bantuan kalau bukan penciptaku sendiri? Siapa lagi? Kalau pada akhirnya ada yang membantu, aku rasa itu juga atas kehendaknya. Tidak serta merta langsung datang begitu saja. Itu pasti juga terjadi karena aku meminta tolong. Coba bandingkan jika aku tidak berdoa, mungkin bahkan Tuhan enggan menjawab gelisahku. Begitu kan yah? :)
Thanks, Allah. May Allah protect me, always.
230812, 00:53