Malam
baru menjelang dan saya masih berkutat dengan kertas-kertas berserakan
di meja belajar. Sejenak aktivitas terhenti karena kertas yang saya
perlukan untuk mengerjakan tugas matkul Struktur Aljabar telah terisi
penuh dengan corat-coretan. Sekian baris masih tersisa di tepian kertas,
namun sudah tak cukup untuk soal berikutnya. Alhasil saya pun
kelimpungan mengacak-acak meja belajar sekedar untuk mencari kertas
folio yang masih tersisa, dan tentunya, masih putih bersih tanpa coretan
apapun.
Saat itulah, tiba-tiba pandangan mata saya tertuju pada buku bersampul biru dengan kertas putih berselotip bening melekat di bagian paling atas, bertuliskan nama pemiliknya ,“Ketua RT 4/XIV Panggung Surabayan Bpk. Budi Raharjo”. Segera saja tersketsa dalam pikiran saya, “hmmm.. jadi buku ini punya Ayah ya? Kok baru liat sekarang?”.
Keheranan saya makin memuncak, karena judul dan ilustrasinya menarik.
Disana terpampang gambar satu sosok yang cukup fenomenal. Ya, buku itu
ternyata berjudul “Kesan pergaulan bersama Adi Winarso”. Segera saja saya berhenti mencari folio yang saya butuhkan, hanya untuk sekedar ‘menilik’ catatan kecil dalam buku itu.
Sungguh, baru beberapa menit saya membaca, buku itu mampu
membius otak saya untuk terus menerus membaca sampai ke ujung halaman.
Tahukah engkau karena apa? Buku ini layak dibaca, karena berisi
kesan-kesan pergaulan masyarakat terhadap pemimpin kota Tegal, sang
Walikota yang menjabat hampir kurang dari 10 tahun. Ya! Dua dekade
kepemimpinan, sejak awal reformasi, dan saat gegap gempita perubahan
dikumandangkan ke seantero negeri. Saat itulah tampuk kepemimpinan Kota
Tegal juga beralih. Sejak tersingkirnya Walikota lama, dan digantikan
dengan pak Adi winarso, sedikit banyak Tegal mengalami gegap gempita
perubahan.
Dengan coverage area
yang relatif sempit, beliau mampu mengubah Tegal menjadi kota tujuan
utama yang menjadi magnet untuk daerah sekitarnya karena kemampuan
bersaing dalam industri dan perdagangan dan sebuah cetusan impian yang
masih harus diusahakan , ya... Tegal menuju kota Metropolitan.
Usai
membacanya sejenak, saya mendapatkan kesimpulan yang menarik. Untuk
kalangan masyarakat Kota Tegal yang awam sekalipun, Adi Winarso adalah
sosok yang fenomenal. Beliau dikenal sangat flamboyan, mengerti
kebutuhan masyarakatnya, dan terkesan lebih ‘sipil’
padahal, basic beliau adalah seorang tentara angkatan laut, yang
notabene bagi banyak orang, kaum militer adalah orang yang cenderung ‘kaku-tidak berperikemanusiaan-dan protokoler”.
Sungguh pun, andai saja engkau membacanya juga, kawan... tak akan
terlintas dalam benakmu bahwa beliau adalah seorang militer tulen, yang
dididik di tengah ganasnya ombak lautan.
Dalam salah satu bagian buku yang berjudul Suara Perempuan dengan
narasumber dari kalangan perempuan berasal dari berbagai profesi,
berisikan satu bagian khusus tulisan perempuan, dan bagian berjudul Kesaksian Seniman,
disinilah para seniman Tegal bersaksi tentang Pak Adi Winarso. Ada yang
menyatakan bahwa, satu yang menarik pada pak Adi Winarso adalah budaya
beliau untuk selalu memahami kebutuhan kaum perempuan, dan melibatkan
kaum hawa dalam setiap program sehingga kesuksesan program dapat
tercapai.
Kebutuhan
untuk didengar seakan menjadi magic yang mampu meluluhkan setiap hati
manusia, pun dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Dalam setiap
kegiatan yang beliau lakukan, hal yang selalu diutamakan untuk
dilakukan saat mengambil setiap keputusan adalah, musyawarah.
Musyawarah
dapat membantu seseorang dalam menghadapi suatu masalah atau perkara
sulit yang dihadapinya. Meminta pendapat tidaklah menunjukkan rendahnya
tingkat martabat dan keilmuan seseorang, bahkan sikap tersebut merupakan
pertanda tingginya tingkat kecerdasan dan kebijaksanaan seseorang.
Firman Allah Swt.
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran 3:159)
Lebih
dari itu, bermusyawarah dapat mendekatkan seseorang kepada kebenaran.
Sedangkan meninggalkannya hanya akan menjauhkan diri dari kebenaran. Abu
Hurairah berkata, “Aku tidak melihat seorang pun yang paling banyak bermusyawarah, kecuali Rasulullah.” (HR. Tirmidzi no 1714)
Ya, beliau mau mendengar!
Dan tentu saja, tak hanya sekedar mendengar saja. Yang perlu
digarisbawahi disini adalah, kemampuan beliau untuk mau, dan mampu
mendengarkan suara hati masyarakatnya, juga disertai dengan kemampuan
untuk mau memfasilitasi manuver-manuver perubahan ke arah yang lebih baik.
Ya... dengar,hayati dan maknai!
Bukankah Rasulullah sudah mencontohkannya untuk kita, maka sudahkan kita membudayakannya di setiap jengkal tindakan kita selama ini.
Bumi Bahari, 25 Desember 2008, 23:05
~Sebuah catatan akhir tahun, refleksi kepemimpinan seorang pemimpin di bumiMu, ya Rabb...
Semoga
Engkau masih menghadirkan wajah-wajah penuh amanah itu di bumi ini,
untuk menjadikan miniatur masyarakat madani itu terwujud. Yakinku akan
janjiMU. Pasti! ~