Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Kamis, 15 September 2011

Mau dieeett?? Coba aja cara ini.. Hihi..



Mau dieeett?? Coba aja cara ini.. Hihi..


“Perut adalah kolam tubuh yang dengannya urat-urat darah terhubung. Jika perut sakit, maka urat-urat darah tidak dapat bekerja dengan baik”
(Al Harist Bin Khaladah)

----oOo---

Just share yaa? Hehe.. Boleh gak? :P , ini soal pengalaman tiga tahun lalu di atas Kereta Kaligung saat akan berangkat ke Semarang. Heuheu.. pengalaman yang ‘unik’ bagi saya… ^^

Duduk berdampingan dengan seorang ibu, beserta putrinya, dan di depan saya persis, duduk seorang perempuan paruh baya (kalo dilihat dari .umurnya sih sekitar 30-an deh.. :D ) Saat kereta akan melaju, Si perempuan paruh baya tadi pun membuka pembicaraan antara kami berempat.:D

Ia pun kemudian bercerita ttg pengalamannya pertama kali memakai kawat gigi. Hehe.. begini critanya, ^^

Suatu kali, ia pergi ke dokter gigi, dan setelah diperiksa sana-periksa sini, maka disarankanlah ia  untuk menggunakan kawat gigi yang harganya sekitar 5-8 jutaan. Kalau menggunakan kawat gigi yang transparan (jadi gak keliatan pake kawat gigi itu), harganya bisa sampai 15 juta. Tujuan utama, tentu saja untuk meratakan gigi yang ‘keluar dari jalurnya’. Itu menurut analisis sang dokter.

Upst!

Ternyata, setelah pemasangan yang dilakukan sekitar sejam kemudian, efeknya langsung berasa!

Kalau mau dibayangkan, ogah deh.. ternyata, sakitttt euy pake kawat gigi itu. Karena  ternyata eh ternyataaaa….efek pertama yang terjadi saat dipasangkan kawat tsb adalah si perempuan paruh baya itu (yang kalo boleh dibilang, seumuran deh sama bulikku…:P) merasakan ngilu yang amat-sangat-super-duper-bener2 sakittt bangggeeett! *lebay

Tau kan, kalo dipasang kawat gigi itu, sama artinya dengan memasangkan barang asing ke dalam tubuh? Jadi, urat2 syaraf di pipi itu, seperti sengaja ditarik ke belakang, untuk membentuk kontur gigi yang baru. Dan akibat dari tarikan yang disengaja itu, ia pun mengalami susah makan. Hm, kalo dipaksa makan, sama aja rasanya gak jauh beda dengan sakit sariawan atau sakit gigi, ngilu yang periih. (Hehe.. dah 2 hari ini aku juga perih makannya gara2 sariawan blom sembuh jg :D)

Jadi hasilnya, selama seminggu pertama, berat badannya pun berkurang drastis, sebanyak 2 kg.

Whaaaa…Penurunan yang OKs banget gak tuh? ;D  Kata si perempuan paruh baya tadi, “Yaaa… itung2 diet, mbak? Tapi saya sudah kurus masa suruh kurus lagi ya?” Hihi….:P

Jadi, nih… menurut itung2anku, kalo si pengguna kawat gigi butuh waktu sekitar 1 bulan untuk membiasakan dirinya menggunakan kawat gigi, so, diitung2 berat si pasien, bisa turun sekitar, 4 minggu x 2 kg = 8 kg dong? :P Asik bener daaah, buat yang pengen langsung langsing… Hehe…^^

Walaupun saya tahu, bahwa diet semacam itu memang tidak disengaja, karena efek salah satu pengobatan, namun saat mengingat kata-kata perempuan paruh baya tadi ttg diet, saya jadi teringat ttg bab diet ala Rasulullah di buku Prophetic Medicine (Pengobatan ala Nabi) karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah.

Pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran saya saat itu adalah benarkah diet seperti itu tidak berdampak buruk untuk tubuh? Lalu bagaimana kaidah diet yang baik dan benar menurut ilmu kesehatan?

Dan, jawaban dari pertanyaan saya, terjawab sudah dibuku tsb. Disana dipaparkan gambaran tentang kaidah diet yang sebenarnya, walau mungkin, menurut saya belum sampai tata laksana diet yang detail. (kalo pengin tau, coba aja nanya anak Gizi atau Kedokteran, pasti tau ttg tata laksana diet yang baik gmn.. ^^)

Dalam buku tsb, dipaparkan bahwa menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tujuan pengobatan ada dua macam, yaitu untuk diet dan untuk menjaga kesehatan. Diet sendiri bertujuan untuk membuang zat-zat yang merugikan dan sampah2 tubuh. Ada dua tujuan diet yaitu: untuk perlindungan dari unsur-unsur yang bisa menimbulkan penyakit, dan menghindari unsur-unsur yang dapat memperparah penyakit (agar tidak makin menyebar penyakitnya).

Menurut Al Harits bin Kaladah, seorang dokter berdarah Arab, diet adalah obat utama, sedangkan perut adalah sarang penyakit, maka berikanlah tata laksana diet yang baik kepada masing-masing orang menurut kebiasaan makan dan obatnya.

 “Perut adalah kolam tubuh yang dengannya urat-urat darah terhubung. Jika perut sakit, maka urat-urat darah tidak dapat bekerja dengan baik”
(Al Harist Bin Khaladah)

Misalnya saja, larangan bagi sahabat Ali saat ingin memakan kurma di saat sakit. Ia tidak diperbolehkan memakan kurma, karena kurma dapat menambah beban bagi perut ketika tubuh sedang melawan penyakit dan menghilangkan efek-efek racun dalam tubuh.

Maka dari itu, jika kurma dianggap kurang bisa dicerna oleh tubuh, ia bisa diganti dengan jenis makanan terbaik bagi pasien dalam proses penyembuhan dan orang yang perutnya lemah yaitu gandum dan lobak. Jika di masa sekarang, makanan yang baik dikonsumsi adalah makanan lunak, semisal bubur lunak. Ini bisa digunakan untuk orang-orang yang terkena penyakit tipus, DBD, dsb. Karena teksturnya lembut dan mudah dicerna tubuh.

Contoh untuk diet yang bertujuan untuk menghindari unsur-unsur yang dapat memperparah penyakit, misalnya, saat seorang muslim akan menggunakan air dalam bersuci saat ia sakit, ada ‘dispensasi’ khusus untuknya yaitu, ia bisa mengganti penggunaan air dengan tayamum. Tujuannya adalah untuk menghindari air karena mungkin merugikannya.

Dalam hal ini, diet yang paling baik adalah diet yang dilakukan oleh orang yang baru sembuh dari sakit. Hal ini karena kekuatan dan kesehatan organ-organ tubuh belum normal, maka proses pencernaan  tidak seefisien biasanya, dan organ tubuh pun masih mudah terkena penyakit.

Tak lupa, yang perlu diperhatikan oleh orang yang pernah sakit parah adalah perlunya menghilangkan kebiasaan makan tidak sehat (biasanya disesuaikan dengan pantangan dari dokter). Jika hal ini dilanggar, maka akan memperparah sakit sebelumnya.

Buah pun tak baik untuk orang baru sakit. Karena buah-buahan menuntut proses pencernaan secara cepat, sedangkan tubuh sedang melawan penyakit  dan tidak cukup kuat untuk memproses makanan berlebihan. 

Jadi kesimpulannya, diet karena efek penyembuhan/pengobatan seperti yang dialami kenalanku itu sebenernya ga masalah, asal tubuh tetap dapat menyerap zat2 yang dibutuhkan. Iya ga? :D  

Eh yaa, ngomong2, jadi pengen deh ke dokter gigi, mau cek gigi 6 bulan sekali.. hihi.. *nglirik dompet*

----oOo---


15092011, 11:01
diambil dari cacatan kecil di diary-ku.. Hehe…Bingung mau nulis apa buat giveaway ini. :D
~Tetap sehat, tetap semangat, supaya kita bisa jalan2 lagee…^^ (PakBondan bgtt!! :D) ~


Tulisan ini diikutsertakan dalam Sayembara Magahaya  yang diadakan oleh Pak Dokter Gigi Gaul (kata pak dokter, info ini ga boleh disebarluasin, haha... lha kok malah diposting yak?? :P 

Hadiahnya ini loooh.. keren kan?? Makanya, ayooo temen2 ikut sayembaranya, hehe  :D 


Kamis, 08 September 2011

Sepenuh Cinta Untuk Sang Ibu



Pagi itu, bukan pagi yang biasa. Karena ada yang hilang…ya, secuil asa dan sepenuh jiwa yang tiba2 terhempas  entah kemana, seperti debu yang ditiup angin. Tak tersisa. Tanpa bekas.

26 Desember 2004 menjadi hari yang takkan pernah aku lupakan, begitu pun bagi seorang laki2 yang sangat berarti dalam hidupku, ya…bagi ayah. Sebuah telepon membuyarkan semua mimpi masa depan. Padahal hari itu, hari minggu. Hari yang bagi sebagian orang seharusnya menjadi hari untuk berekreasi dan bercengkerama bersama keluarga.

Ayah segera terdiam beberapa saat, seusai mengangkat telepon itu. Sejenak, tanpa ekspresi. Namun, suara beratnya segera memecahkan suasana hening di ruang tamu.” Ada kabar penting, “begitu ujarnya. Begitu tenang, namun seperti ada yang tertahan di dalam dada. Ya, sepertinya sebuah palu telah siap diayunkan, dan memecahkan benda apapun dihadapannya. “Nenek meninggal tadi pagi, “ucapnya pelan, “dan siang ini harus segera dimakamkan. Ki, kamu harus membawa adik2mu ke Slawi, nanti kamu pakai angkot saja ya. “ Aku mengangguk pelan, Innalillahi wa innailaihirojiun…

Tiba2 ada pikiran lain yang berkecamuk dalam hati. Ke Slawi pake angkot??  Sendirian?? Pake bawa adik2ku segala?? Kalo ke sekolah sih aku berani ngangkot sendirian, lha ini, ke Slawi?! Glek!! Mana jaraknya lumayan jauh. Butuh sekitar ¾ jam untuk kesana. Disaat itu aku baru tahu, bahwa ayah tak main2. Ini bukan saatnya untuk bermanja2 ria, apalagi untuk tawar menawar soal keputusannya. Aku tahu, sekali ucap, ayah takkan pernah main2. Pantang baginya, seorang yang perfeksionis(menurutku…:p), menjilat kembali ucapannya. Harus!! Itu prinsip hidup ayah yang bagi ibu, sering membuatnya jengkel. (Hehe…walo gitu, tetep aja akur. Aneh ya!! :D)

Aku berangkat ke Slawi, bersama 2 orang adikku. Ilham dititipkan di tetangga dekat. Takut ilham disana rewel, katanya. Sampai di Slawi, aku tak sempat melihat wajah nenek terakhir kali. Alasannya, waktu sudah siang, dan nenek harus segera dimakamkan. Dan memang benar, semua sanak keluarga sudah berkumpul dirumah. Tinggal ke pemakaman.

Di pemakaman, aku tak sempat melihat ayah menangis, ya…mungkin ia sedih, tapi aku tak tahu yang ada di benaknya saat itu, sedihkah, ataukah yang lain. Sebuah beban berat terasa menghimpitnya seketika itu.

Senyumnya yang berwibawa tak terlihat lagi di hari2 berikutnya. Tak hanya sekali aku melihatnya murung, terdiam di kursi sofa ruang tamu berhari2. Sedih melihat ia begitu. Tapi apa yang harus aku lakukan? Bagi ayah, nenek adalah segala2nya, karena ayah anak laki2 kesayangan nenek. Dan yang pasti…, aku takkan pernah tahu rasanya kehilangan seorang ibu. Tak ada air mata yang tertumpah. Tak ada jerit kehilangan, atau isak tangis yang terlontar dari bibirnya. Tak ada. Itu yang sekilas ku lihat. Namun, raut wajahnya masih menampakkan kesedihan yang amat sangat. Boy’s don’t cry!!, mungkin itu jeritnya dalam hati, mencoba bersikap tegar setegar karang di tepi pantai.

Setelah episode sedih itu berlalu, ayah sering ‘mewajibkan’ kami, anak2nya membacakan Surat Yaasin untuk nenek tercinta, dan kakek yang meninggal tahun 1996 selepas shalat magrib. Tak ada yang lain yang ia minta dari kami selain doa untuk ibunda tercinta. Ibunda yang baginya sangat…sangat… dan sangat ia sayangi dibandingkan harta dan benda apapun di dunia ini. Ibunda yang baginya selalu meninggalkan kesan mendalam tentang arti pengorbanan, kesetiaan, kelembutan dan kasih sayang. Ibunda yang rela menghabiskan seumur hidupnya untuk merawat dan mendidik anak2nya, walau tanpa imbalan apapun.

Senja tampak merona di batas cakrawala langit. Magrib hampir menjelang, dan ayah memutuskan untuk membaca yaasin bersama2 sebelum shalat magrib. Saat itu, uyang, adik laki2ku terlambat pulang selepas mengikuti eskul di SMP. Ia pulang dengan wajah kuyu, sambil menuntun sepeda masuk  ke dalam rumah. Ayah segera menyambutnya dengan sedikit tegas. Segera sebuah pertanyaan memberondong adikku. “Habis kemana kamu? Kok gak inget waktu. Eskul ya…eskul. Tapi mbok ya ingat waktu. Masa sampe mau magrib baru pulang. “ Belum sempat jawaban keluar dari mulut adikku, titah paduka raja segera terucap. “Udah,  mandi dulu sana, habis itu…sholat magrib, dan baca yaasin 3x.” Adikku terkaget, tak menyangka hukuman yang akan ayah berikan sedemikian berat. Tilawah yaasin 3x?? Hah?!! Aku tak sanggup membayangkannya. Padahal, Uyang belum makan apapun sejak siang. Hukuman itu sama aja seperti menamatkan hampir 1jus sekaligus. Tilawah tanpa berhenti, apalagi minum. Capek nian mulut ini. :P

Seusai tilawah dan sholat isya,  tanpa sempat makan apapun untuk mengganjal lapar di perutnya, ia masuk ke dalam kamar dan, … segera tertidur dengan sukses. Padahal belum ada lima menit pipinya menempel pada  bantal. Capek kali yaa… Hihihi…

Setengah jam berlalu. Aku masih sibuk menonton Tv. Tiba2 ibu terteriak, “Hei, pak…Uyang kenapa tuh. Kok tiba2 ngigau gitu. Pake baca yasin segala. Tuh kan beneeer, bapak sih salah… Orang anaknya lagi capek juga, bukannya disuruh makan dulu, eh malah suruh tilawah. Yaasin 3x??  Kasian tuh sampe kebawa2 mimpi.” Mendengar itu, aku berlari ke kamar adikku. Haah?? Beneran!! Ngigo sambil baca yaasin? Keren amat yaks!! Wah, hebat tuh taktiknya. Kalo gitu terus tiap hari, bisa hafal Qur’an cepet donk, gurauku. Hehe…

Senyum simpul segera menghiasi wajah ayah. Tak ada gurat kemarahan dalam wajahnya ketika ditegur ibu begitu. Tak ada!! Ah, aku merasa lega. Entahlah…sejak kematian nenek, ayah lebih sering berdiam diri di dalam GUA nya, tak mau diusik oleh siapapun. Kematian nenek adalah trauma terbesar dalam hidupnya. Dan keputusannya untuk menghukum adikku begitu, hanya untuk sekedar mengingatkan, bahwa tak ada yang bisa ia berikan pada ibunda tercinta selain doa dari anak yang sholeh, dan seluruh keluarganya. Hanya itu yang dapat ia berikan, sebagai bekal sang Ibu di alam kubur yang sepi sunyi. Hanya itu… Dan hanya itu pula yang dapat aku berikan untuk kakek dan nenek. Menyebut nama mereka dalam setiap doa2ku.

Namun, bagiku…Aku masih tetap bisa memberikan yang terbaik, berusaha keras menjadi anak yang berbakti. Yah, berusaha memberi yang terbaik untuk ayah ibu tercinta dan seluruh keluarga di rumah. Semoga!! Dan itu bukan sekedar mimpi, karena cinta itu butuh pembuktian. So, buktikan cintamu ILA!! Berikan yang terbaik untuk mereka…OK!!


NB:      Untuk orang2 yang selalu menanti kepulanganku di rumah, Aku mencintaimu Ayah, IBu!! My Litlle Princes, Ilham Bagus Mardiansyah (Sebuah keajaiban untuk Ibu di Akhir Agustus 2003), Yusuf Ardi Nugroho, dan Asri Arining Tyas(adik2ku). Mas Tonny tersayang, dan keluarga…

 Ah, terlalu banyak cinta yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata2…Terimakasih telah meneriaki hidupku dengan semua nada. Sehingga lagu kehidupan itu tak hanya mengalir sendu, tapi juga syahdu, sesekali ceria, namun terkadang juga mengharu biru. Kalian, selalu ada… di hatiku.:D  Kok jadi kayak mau nangis sih? Huu…….dasar Ila!! Aneh!! :P

241206, 20:51 Diketik pake kompi mbaK SaNdi. Thanks yaa…:)

Refleksi Kepemimpinan: Membudayakan “dengar, hayati, dan maknai”



               Malam baru menjelang dan saya masih berkutat dengan kertas-kertas berserakan di meja belajar. Sejenak aktivitas terhenti karena kertas yang saya perlukan untuk mengerjakan tugas matkul Struktur Aljabar telah terisi penuh dengan corat-coretan. Sekian baris masih tersisa di tepian kertas, namun sudah tak cukup untuk soal berikutnya. Alhasil saya pun kelimpungan mengacak-acak meja belajar sekedar untuk mencari kertas folio yang masih tersisa, dan tentunya, masih putih bersih tanpa coretan apapun.

Saat itulah, tiba-tiba pandangan mata saya tertuju pada buku bersampul biru dengan kertas putih berselotip bening melekat di bagian paling atas, bertuliskan nama pemiliknya ,“Ketua RT 4/XIV Panggung Surabayan Bpk. Budi Raharjo”. Segera saja tersketsa dalam pikiran saya, “hmmm.. jadi buku ini punya Ayah ya? Kok baru liat sekarang?”. Keheranan saya makin memuncak, karena judul dan ilustrasinya menarik. Disana terpampang gambar satu sosok yang cukup fenomenal. Ya, buku itu ternyata berjudul “Kesan pergaulan bersama Adi Winarso”. Segera saja saya berhenti mencari folio yang saya butuhkan, hanya untuk sekedar ‘menilik’ catatan kecil dalam buku itu.
                Sungguh, baru beberapa menit saya membaca, buku itu mampu membius otak saya untuk terus menerus membaca sampai ke ujung halaman. Tahukah engkau karena apa? Buku ini layak dibaca, karena berisi kesan-kesan pergaulan masyarakat terhadap pemimpin kota Tegal, sang Walikota yang menjabat hampir kurang dari 10 tahun. Ya! Dua dekade kepemimpinan, sejak awal reformasi, dan saat gegap gempita perubahan dikumandangkan ke seantero negeri. Saat itulah tampuk kepemimpinan Kota Tegal juga beralih. Sejak tersingkirnya Walikota lama, dan digantikan dengan pak Adi winarso, sedikit banyak Tegal mengalami gegap gempita perubahan.
                Dengan coverage area yang relatif sempit, beliau mampu mengubah Tegal menjadi kota tujuan utama yang menjadi magnet untuk daerah sekitarnya karena kemampuan bersaing dalam industri dan perdagangan dan sebuah cetusan impian yang masih harus diusahakan , ya... Tegal menuju kota Metropolitan.

Usai membacanya sejenak, saya mendapatkan kesimpulan yang menarik. Untuk kalangan masyarakat Kota Tegal yang awam sekalipun, Adi Winarso adalah sosok yang fenomenal. Beliau dikenal sangat flamboyan, mengerti kebutuhan masyarakatnya, dan terkesan lebih  ‘sipil’ padahal, basic beliau adalah seorang tentara angkatan laut, yang notabene bagi banyak orang, kaum militer adalah orang yang cenderung ‘kaku-tidak berperikemanusiaan-dan protokoler”. Sungguh pun, andai saja engkau membacanya juga, kawan... tak akan terlintas dalam benakmu bahwa beliau adalah seorang militer tulen, yang dididik di tengah ganasnya ombak lautan.

Dalam salah satu bagian buku yang berjudul Suara Perempuan dengan narasumber dari kalangan perempuan berasal dari berbagai profesi, berisikan satu bagian khusus tulisan perempuan, dan bagian berjudul Kesaksian Seniman, disinilah para seniman Tegal bersaksi tentang Pak Adi Winarso. Ada yang menyatakan bahwa, satu yang menarik pada pak Adi Winarso adalah budaya beliau untuk selalu memahami kebutuhan kaum perempuan, dan melibatkan kaum hawa dalam setiap program sehingga kesuksesan program dapat tercapai.

Kebutuhan untuk didengar seakan menjadi magic yang mampu meluluhkan setiap hati manusia, pun dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Dalam setiap kegiatan yang beliau lakukan, hal yang selalu diutamakan untuk dilakukan saat mengambil setiap keputusan adalah, musyawarah.

Musyawarah dapat membantu seseorang dalam menghadapi suatu masalah atau perkara sulit yang dihadapinya. Meminta pendapat tidaklah menunjukkan rendahnya tingkat martabat dan keilmuan seseorang, bahkan sikap tersebut merupakan pertanda tingginya tingkat kecerdasan dan kebijaksanaan seseorang.

Firman Allah Swt.
               “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”  (QS. Ali Imran 3:159)

Lebih dari itu, bermusyawarah dapat mendekatkan seseorang kepada kebenaran. Sedangkan meninggalkannya hanya akan menjauhkan diri dari kebenaran. Abu Hurairah berkata, “Aku tidak melihat seorang pun yang paling banyak bermusyawarah, kecuali Rasulullah.” (HR. Tirmidzi no 1714)
 
Ya, beliau mau mendengar! Dan tentu saja, tak hanya sekedar mendengar saja. Yang perlu digarisbawahi disini adalah, kemampuan beliau untuk mau, dan mampu mendengarkan suara hati masyarakatnya, juga disertai dengan kemampuan untuk mau memfasilitasi manuver-manuver  perubahan ke arah yang lebih baik.

Ya... dengar,hayati dan maknai!

Bukankah Rasulullah sudah mencontohkannya untuk kita,  maka sudahkan kita membudayakannya di setiap jengkal tindakan kita selama ini. 

Bumi Bahari, 25 Desember 2008, 23:05

~Sebuah catatan akhir tahun, refleksi kepemimpinan seorang pemimpin di bumiMu, ya Rabb...

Semoga Engkau masih menghadirkan wajah-wajah penuh amanah itu di bumi ini, untuk menjadikan miniatur masyarakat madani itu terwujud. Yakinku akan janjiMU. Pasti! ~