Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Jumat, 07 Oktober 2011

Hadiah-hadiah Buku

Bismillah...

Alhamdulillah yaah, ada banyak kejutan di akhir September kemarin. Termasuk dapet banyak hadiah buku gratiiss, hehe.. :D
Semoga bulan oktober ini juga. aamiin. ;p

(sebenernya ada 2 hadiah lagi dari LeutikaPrio dan Rezaheadline, tapi belum difoto, :D)

07 Okt 2011, 20:59
Nb : foto pake BB , jadi harap maklum gambarnya krg mantap.-.-"

Buku Master From Minder dari kak Pariman Siregar (kaget aq, penulisnya dateng sendiri ke tempatku, hehe)
hadiah Buku Victory Lane dari penulisnya - Kang Iwok Abqary (ada ttd ama ucapannya juga. senenggg deehh :D)




Penampakan Victory Lane & Master From Minder... ^^

Paket buku dari Hasfa Publisher Juara 1 Event Menulis Cara Mudah Bahagia


Hadiah dari AQM Rumah Buku, buku berjudul The Secret of Time Management

Buku Radiant Shadow - Hadiah dari Giveaway postingan ke 1500 Mba Fanny (lainnya hunting di TB, hehe)

kalo yang ini tiga buku antologiku, hihi..Judulnya Bilakah Tuhan Jatuh Cinta, Cara Mudah Bahagia, dan mayaseries.  ada yang mau pesen? :D

Kamis, 06 Oktober 2011

Seringkuh ~ Bunga Rampai Selingkuh



Alhamdulillah... 
Naskahku Essai-ku berjudul "Menyemai Cinta Usai Badai" masuk buku Seringkuh(1). :D
Ini antologi ke-6 ku, alhamdulillah...
Ada 2 buku dengan desain cover berbeda.
Oya, jika dilihat dari label di cover buku, bisa dipastikan buku ini dikhususkan untuk target pembaca berusia 18+ karena mengusung tema yang ya... lumayan berat. All about selingkuh. :P
Slamat untuk teman-teman yang masuk proyek antologi ini.Semoga berkah ya..^^
=======

SERINGKUH
Bunga Rampai Selingkuh
Penulis: Dian Nafi, Ila Rizky Nidiana, Dkk
Penerbit: Hasfa Publishing
ISBN 978-602-98187-2-7

180Hal.Rp 39rb
Silakan sms 081914032201 atau inbox fb Hasfa Publisher untuk pemesanan.
Tulis nama/alamat/kodepos/telpon/jumlah/judul buku yang dipesan

Daftar naskah yang masuk buku Seringkuh(1)

Masih Setia
Mata Indah Riana
Jangan Khatamkan Cerita Senja
Makan Malam
Ternyata Dia Berkhianat
Selingkuh Yang Nyata
Sayang
Dilema Hati
Wanita Dan Perselingkuhan
Antara Raida, Aditya Dan Karminah
Don’t Be A Fool, Tinggalkan Laki-Laki Itu!
Mba ( Married But Avaible )
Sebuah Kesalahan
Senja Di Beranda
Jelaga Hatimu
Cinta Bisa Memilih!
Awas, Dia Mengintai Kita!
Menyemai Cinta Usai Badai ~ Ila Rizky Nidiana
Sakitmu Membunuhku
Bukti Cinta Untuk Suamiku
Acuh Namun Butuh
Rindu Dan Cinta Membuat Aku Terbelenggu
Engkaulah Bidadari Itu, Sayang
Selingkuh, Noda Dalam Kesetiaan
Nasib Mawardhani
Noda Dibalik Kesetiaan
Sisi Lain Dari Kesetiaan
Mantan Mengajak Selingkuh ... Oh Tidak!
Sepotong Cinta Dua Sahabat
Jalinan Kasih Yang Terkoyak
Masih Kukuh Berselingkuh?
Ada Apa Denganmu?
Gara-Gara Play~Girl
Beberapa Tips Selingkuh Dengan Aman
Musuh Dalam Selimut
Menjauhi Selingkuh
Musquerade
Kerjaanmu Geguyon Dengan Wanita
Pernikahan 2.0
Love is Blind Honey.
***


SERINGKUH (2)
Bunga Rampai Selingkuh
Penulis: Dian Nafi Dkk
Penerbit: Hasfa Publishing
ISBN 978-602-98187-2-7
180Hal. Rp 39rb
Silakan sms 081914032201 atau inbox fb Hasfa Publisher untuk pemesanan.
Tulis nama/alamat/kodepos/telpon/jumlah/judul buku yang dipesan


Romansa Kelu.
Standing Ovation
Percikan Yang Harus Padam.
Laka Cinta
Bara Asmara Liar
Bertandang Ke Bilik Sebelah
Lima Belas Jam Di Stasiun Kalbu
Jejak Hati Yang Semu
Tanda Pengkhianatan Cinta
Merobek Kehangatan
Tak Ada Selingkuh, Keluarga Utuh
Selingkuhkah Gia?_
Selingkuhberbalas
Serpihan Yang Tertinggal
Intermezzo
Sebuah Tulisan Sederhana Sebelum Berselingkuh
How To Be Faith
Cintaku Bukan Cinta Biasa
Hati Yang Rapuh
Dilema Hati Tak Berujung
Satu Hati Tiga Cinta
Membunuh Janji
Selingkuh Dalam Rumah Tangga Dan Ranah Publik
Cunak
10 Tips Menghindari Terjadinya Perselingkuhan / Keretakan Rumah Tangga
Ini Mentorku, Mana Mentormu
Lika Liku Selingkuh
7 Tips Jitu + Ampuh Terhindar Dari Rasa Ingin Selingkuh !
Surat Yang Tak Pernah Sampai
Karma Itu Masih Berlaku
Obsesi Oedipus Complex Menghantam Bahteraku
Kenistaan
Luka Hati
Berbicara Selingkuh
Anakku, Kekasihku
***

Jumat, 30 September 2011

Menakar Kadar Nasionalisme Kita

Menakar Kadar Nasionalisme Kita

Di sebuah film
Seorang anak laki-laki berjalan menuju podium, berkumpul bersama anak-anak lain, dan sesaat kemudian, dipejamkannya mata sejenak, bersiap menyanyikan sebuah lagu. Di ujung meja hadirin sana, sang ibu duduk bersama hadirin lain, melambaikan tangan di udara, memberi sang anak semangat. 

Saat yang dinanti pun tiba. Anak laki-laki tsb, memimpin paduan suara menyanyikan sebuah lagu. Sebuah lagu yang membuat sang ibu, ayah, dan keluarga besarnya tersentak sekaligus haru. Bukan hanya mereka, namun juga seorang tetangga mereka di kompleks perumahan, seorang perempuan paruh baya berkebangsaan Inggris yang juga hadir. 

Ia segera memberi aplaus keras saat lagu itu baru beberapa bait dinyanyikan, sehingga seluruh hadirin pun ikut bertepuk tangan dan memberi tanda kehormatan dengan meletakkan telapak tangan kanan di dada kiri masing-masing sampai lagu itu selesai dinyanyikan. Ya, lagu itu adalah lagu kebangsaan India. 

Dan sang ibu adalah seorang kebangsaan India, yang sangat kental dengan tradisi kebudayaan India sejak kecil. Ia tak pernah melupakan bahwa ia berasal dari India, sebuah negara yang jauh berpuluh kilo meter dari tempatnya kini tinggal, Inggris. Karena itu setiap pagi, tak henti-hentinya ia mengajari putranya menyanyi lagu kebangsaan India. 

Saat ditanya sampai kapan ia akan terus menerus menjejali dengan lagu-lagu itu? Ia menjawab dengan pasti. Agar sang anak tak lupa, bahwa ia berasal dari India, ia takkan berhenti untuk menyanyikannya. “India yang terbaik!”, ucapnya sambil tersenyum lebar.

***

Itu hanya sekedar ilustasi dari cuplikan film India, Khabie Khusie Khabie Gham, yang saya tonton dulu saat SMP. Lalu, apa hubungannya dengan judul tulisan ini? Yap, Menakar kadar nasionalisme kita. Seberapa besarkah kadar nasionalisme kita terhadap negara ini?

Saya tergelitik dengan bahasan ini, saat teringat adegan di film tadi. Ya, sejauh mana kadar nasionalisme kita? 

Apakah seorang hanya dikatakan berjiwa nasionalis jika ia berkoar-koar di atas podium dan mendendangkan lagu demokrasi, dan bumbu politik tetek bengek lainnya? 

Ataukah kita hanya merasakan nasionalisme saat di masa sekolah dulu? Saat upacara bendera, saat Sang Saka Merah Putih berkibar gagah diliuk-liukkan oleh sang angin, saat paduan suara sekolah membawakan lagu kebangsaan negeri ini “Indonesia Raya” yang menggema di seluruh penjuru kota? 

Ataukah hanya saat menonton tim Indonesia berlaga memperebutkan Piala Thomas-Uber Cup, kita mati-matian berteriak-teriak sepanjang pertandingan sambil menyenandungkan kata “IN-DO-NE-SIA!“

Laskar Merah Putih beraksi

Atau saat membela tim yang kita banggakan di pertandingan Sepak Bola, yang kadang malah berbuah kericuhan. Ah, segitukah saja nasionalisme yang didengung-dengungkan itu?

Apakah semangat nasionalisme akan tetap ada dalam diri, atau ia pun hilang bersamaan usainya lagu itu dinyanyikan? Saya jadi miris jika demikian adanya, jika semangat lagu itu tak lagi menggema di dada kita masing-masing.

Ah, jika saya bandingkan dengan adegan di film tadi, saya mengamati hal lain. 

Seorang politikus yang berkoar-koar di atas podium untuk menarik minat massa saat masa kampanye, dan kemudian terpilih menjadi wakil rakyat, kini, engkau melihat dia digerebek polisi di sebuah hotel karena kasus korupsi bermilyar-milyar, ya… dia tertangkap memakan harta rakyat negeri ini.
Astaga! Lalu kemana gaung nasionalisme itu??  

Bila politisi itu memang punya jiwa nasionalis, sama seperti yang ia dengung-dengungkan di saat kampanye, seharusnya ia tak membuat malu negeri ini di mata negara lain dengan kasus korupsinya yang menyedihkan!
Taukah engkau apa yang dilihat Negara lain dari Negeri ini? Indonesia terkenal dengan kasus korupsinya! Yang lebih menyedihkan lagi, hukum bisa dibeli, sesuai dengan pesanan. Ah ya! Benar-benar menggelikan.
Seperti jika kita mengamati syair “Indonesia Pusaka” maka kita akan bisa meresapi makna Indonesia sebagai sebuah negeri  yang digdaya- pada jaman dahulu. 

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Slalu di puja-puja bangsa

Jika saya boleh menuliskan, Nasionalime bagi saya adalah, harga diri bagi seorang warga negara, maka, saat itulah pula, ia mempunyai kewajiban untuk membuat negara ini bangga -minimal tidak membuat malu- menjadi sebuah negara yang layak untuk dikenal karena keagungan budi pekertinya yang luhur… tak membuat malu dengan kasus korupsi yang memakan harta rakyat.

Seharusnya, seorang warga negara bisa membuat bangsa ini mempunyai martabat yang luhur, seluhur sejarah masa lalunya di jaman kerajaan-kerajaan yang indah dengan prestasinya yang gilang gemilang. Sebagaimana saat Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Samudra Pasai tumbuh menjadi Kerajaan Maritim yang besar di masanya, dengan kekuatan armada laut yang kuat. Atau dengan pertumbuhan yang pesat, Jayakarta menjadi kota pesisir yang dikunjungi banyak armada negara lain, atau jalur sutra yang  mengagumkan kita, perekonomian yang tangguh, dimana seluruh denyut nadi kehidupan bisa dirasakan.
Contoh tadi memang hanya sekedar nostalgia bagi saya, dimana saya mengagumi kekuatan dan kejayaan kerajaan-kerajaan tadi. Tetapi, peristiwa masa lalu, adalah refleksi diri, sejauhmana kita bisa mengambil pelajaran yang pantas. Maka, mari berkaca pada kualitas kerajaan yang pernah menjadi legenda negeri ini di masa lalu, agar Negara kita menjadi jaya kembali. Saat itulah kita akan berteriak lantang ke penjuru dunia, “Indonesia yang terbaik!”
*** 
Daerah terpencil bernama Seko, di Sulawesi selatan

Nasionalisme menurut saya identik pula dengan ketahanan bangsa. Sejauh yang saya tahu, selama masa pembangunan  daerah di era  orde baru maupun lama hingga masa sekarang, banyak sekali daerah baik di luar jawa maupun di jawa yang belum terjangkau akses pembangunan. Semisal saja , jalan raya, sekolah, jembatan penghubung antar pulau satu dengan lainnya. Saya ambil contoh di sebuah daerah di Sulawesi  bernama Seko. Seko adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk 12.000-16000 jiwa. Seko adalah salah satu kecamatan yang sangat tertinggal di sulawesi selatan dikarenakan akses menuju ke sana sangat sulit. Seko dapat di jangkau dengan menggunakan pasawat dengan biaya Rp.200 .000 tapi saat ini pesawat tidak ada lagi yang beroperasi. Seko juga dapat di jangkau dengan menggunakan ojek dengan biaya Rp 1.200.000 pulang pergi. Cukup mahal kan untuk biaya sarana transportasi? 

Seko berjarak 97 km dari Masamba ibu kota kabupaten Luwu Utara, tapi aneh jarak yang tidak terlalu panjang ini sampai sekarang belum tersentuh infrastruktur pembangunana jalan. ruas jalan saat ini adalah peninggalan belanda, tapi pada saat pemberontakan Kahar Muzakar jalan ini di hancurkan agar penduduk Seko tidak dapat kemana-mana. Kini, setengah abad berlalu, jalan menuju Seko masih seperti dulu. Jalan yang tadinya masih mudah di tempuh oleh pengendara roda 2 ternyata amat sulit untuk di lewati. Para pengendara motor tersebut harus menghabiskan waktu selama 4 hari 3 malam untuk menempuh jarak yang hanya 45 km dari Kecamatan Rongkong/Limbong pada saat musim hujan, jarak tersebut hanya menghabiskan waktu 1 hari sebelum pengerjaan.

Dari kisah tentang Seko tadi, saya ingin menarik kesimpulan bahwa  pembangunan di daerah terpencil masih sangat dibutuhkan oleh warga sekitar. Sayangnya ini belum terjangkau luas.  Padahal sebagai salah satu ciri ketahanan bangsa adalah kondisi terpenuhinya segala aspek pembangunan bagi setiap warga negara yang tercermin dari tersedianya sarana pembangunan yang cukup  baik jumlah, maupun mutunya, terjangkau, dan merata di seluruh penjuru negeri. Ketahanan bangsa adalah cermin keutuhan negeri. Jika kita tidak mengupayakan ketahanan bangsa, lalu siapa lagi yang akan mengupayakannya? 

Sejarah membuktikan bahwa  negara yang sukses melakukan  kemandirian pembangunannya sedikit banyak ditentukan oleh keberhasilan dalam bidang ketahanan bangsa baik dalam proses akses  demokratisasi  baik sosial ekonomi maupun politik, pembangunan serta pengentasan kemiskinan. 

Kemandirian pembangunan sebagai bagian dari ketahanan bangsa hanya dapat terwujud bila kondisi saling ketergantungan tersebut dibangun atas modal sosial yang tinggi. Kemandirian ketahanan bangsa akan terwujud apabila paradigma pembangunan dikembangkan baik di pusat maupun daerah mampu memadukan antara tuntutan global dengan pemberdayaan masyarakat. 

Tidak ada kemandirian tanpa proses pemberdayaan. Pemberdayaan berarti memampukan masyarakat dan pemerintah daerah dalam aspek material, intelektual, moral, dan manajerial. Dan bagaimana membangun transformasi sosial yang mandiri untuk mewujudkan system ketahanan bangsa di era global dan otonomi daerah inilah yang perlu menjadi pekerjaan rumah kita bersama dalam membangun karakter nasionalisme agar bisa menyejawantah dalam diri setiap wajah anak negeri.

***
Laboratorium Peradaban, 16 September 2011, 21: 20
~Sejarah adalah catatan statistik tentang denyut hati, gerak tangan, langkah kaki, dan ketajaman akal.~

Sumber tentang Seko ada di :