By Ila Rizky Nidiana – Tegal, Jawa Tengah
saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
tak seorang pun dapat menolongmu
kecuali amalanmu
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
tak bisa berdiri, duduk atau rebahan
tak bisa rebah di-isyaratkan
saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
tak seorang pun dapat menolongmu
kecuali amalanmu
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
tak bisa berdiri, duduk atau rebahan
tak bisa rebah di-isyaratkan
saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
Sahrul Gunawan- Lagu berjudul
Sholat
Saat tubuh terbujur
kaku. Kain kafan membungkusmu. Aku merinding
mendengar lagu itu pertama kali terlantun di sebuah radio di awal ramadhan kali
ini. Sebuah radio yang bernama radio DAI di kota tempatku mencari rezeki,
semarang. Aku penasaran dengan suara penyanyinya. Siapa ya? Terdengat familiar,
hanya saja aku tak tahu dia siapa. Hmm, beberapa kali kucari lagu itu di internet,
tak kunjung kudapatkan lirik dan mp3 nya. Ah, mungkin itu lagu baru atau lama
ya, entahlah, kupikir begitu. Atau aku yang belum beruntung? Hiks... Akhirnya
dengan pasrah aku tutup halaman google chromeku. Meski tentu saja tetap
berharap suatu saat lagu itu akan aku dengar lagi suatu saat nanti.
Dan
subhanallah, hari ini aku melihat penyanyinya muncul di televisi. Langsung 10
menit kemudian aku searching judul lagu itu di google. Wish me luck, doaku
dalam hati. Dan, taraa, dapat deh! Juga mp3 nya. Ternyata memang lagu baru,
dilaunching di ramadhan ini, tapi tak terlalu booming. Mungkin karena kalah
pemasaran, entahlah. Semoga lagu-lagu religi seperti ini, yang notabene jauh
lebih indah maknanya dibandingkan lagu picisan lebih banyak didengar di media-media.
Aamiin.
Jujur,
lagu shalat itu mengingatkanku pada sebuah tausyiah seorang ustad di radio.
Namanya Ustad Yusuf Mansyur, seorang ustad yang alhamdulillah bisa kutemui juga
untuk pertama kalinya saat pengajian HUT Kabupaten Tegal. Beliau diundang oleh
Bupati Tegal untuk mengisi kajian. Tak
beda halnya dengan mendengar tausyiah langsung ataupun via radio dan televisi,
kedua sama-sama menyentuh hatiku. Tapi kali ini aku jauh lebih terharu. Trenyuh
kata orang jawa bilang. Dalam tausyiah di acara radio tersebut, Ustad Yusuf
Mansyur berkata begini “Andai kesusahan adalah hujan, dan kesenangan adalah matahari, maka kita
butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi. Sebelum jauh-jauh memperbaiki diri,
sebelum jauh-jauh mencari solusi untuk segala permasalahan hidup yang kita
hadapi, nomor satu yang harus kita perbaiki adalah sholat kita.”
Ya
Allah, aku seperti ditampar oleh Allah. Seperti itulah kondisiku saat itu.
Beberapa kali mengalami kejadian kurang menyenangkan, yang bisa disebut
musibah. Kesana kemari mencari solusi, tapi ternyata solusi yang paling mudah
justru terlupa. Shalat. Bangunan utama yang harus didirikan oleh seorang
muslim. Bangunan yang mengokohkan fondasi amalan lainnya. Di saat itulah aku
menangis, mohon ampun pada Allah atas banyaknya khilaf diri selama ini. Ya Rabb, maafkan aku. Atas shalat-shalatku yang tidak khusyuk. Atas
amalan dan akhlaq yang masih compang-camping. Aku mohon ampun padaMu. :’( Mulai
saat itu aku memperbaiki shalatku, ibadah pertama yang akan dinilai Allah di
akhirat nanti. Shalat lebih tepat waktu, berjamaah, dan memperbaiki akhlaq.
Hari
ini Allah memberi kejutan lagi. Subhanallah. Malam tadi saat aku berjalan kaki
berangkat menuju masjid terdekat di rumah untuk sholat isya, aku bertemu dengan
seorang lelaki tua, perkiraan beliau berumur 50 tahunan. Baru aku sadari
kehadiran beliau saat aku sudah hampir sampai di masjid, sekitar 100 meter dari
masjid. Beliau berjalan cepat di belakangku. Sambil memanggul bambu yang
digunakan untuk menghubungkan dua keranjang bambu miliknya. Dibantu pencahayaan
remang-remang lampu sekitar, aku bisa melihat isi keranjang beliau. Aku pikir
beliau penjual dadakan, ternyata bukan. Satu keranjang beliau berisi pacul dan satu
keranjang lagi berisi sebungkus plastik mungkin berisi bahan makanan. Itukah hasil
kerja beliau selama bekerja satu hari ini? Saat aku mempersilahkan beliau
berjalan lebih dulu, beliau justru berkata, “Mau numpang sholat tarawih, mba di
masjid sini. Kalau saya melanjutkan perjalanan lebih dulu, takutnya tidak
sampai.”
Penasaran,
kutanya beliau. “Asli mana, pak?”
“Asli
pekalongan, mba. Tapi kerja di sini. Saya mau ke daerah sumur panggang.” ,
jawabnya sambil tersenyum padaku.
Aku
mengingat nama daerah itu, sumur panggang jika ditempuh dari sini dengan jalan
kaki, mungkin 1,am baru sampai. Ya Allah, setelah perjalanan jauh mencari
nafkah, dan hanya mendapatkan rezeki sekadarnya, beliau masih mengusahakan
untuk bisa shalat tepat waktu bahkan berjamaah. Mengusahakan untuk menghadapMu
lebih cepat dibanding aku, penduduk desa ini. :(
Saat
beliau lebih dulu sampai di pelataran masjid, beliau langsung meletakkan
keranjang miliknya di dekat pagar masjid. Dan masuk tempat wudhu. Ya Allah, aku
masuk pintu masjid langsung menangis. Bagaimana aku katakan cinta Engkau, jika
cintaku belum bisa seperti lelaki tua itu. Lelaki Isya. Yang cintanya padaMu
melebihi kecintaan kepada harta. Yang cintanya kepadaMu membuatnya ikhlas
menjalani kehidupan yang tak bersahabat. Semoga Allah memudahkan urusanmu dan
memberkahimu, pak. Aamiin.
Ya
Rahman Ya Rahim, maafkan aku yang belum bisa mencintaiMu dengan ikhlas seperti
lelaki Isya itu. Ampuni aku jika selama ini lebih banyak mengeluh tentang
kehidupan. Semoga Engkau mau menuntunku kembali kepada jalan yang benar dengan
iman dan islam yang paripurna seperti cintanya Rasulullah padaMu. Aamiin.
Keroposnya bangunan nasionalisme para pemimpin negeri ini karena
imannya ditanggalkan pada menara masjid. Pun, krisis pengabdian rakyat karena
Al-Qur'an tak hidup di dada mereka. Untuk Indonesia yang kita cinta: perbaiki
shalat kita, menjadilah manusia Qur’ani dan baktikan diri pada negeri. Lakukan
transformasi personal & sosial. Mari mengambil peran untuk peradaban
Indonesia yang lebih baik & bermartabat. (Asti Latifa Sofi, pesan seorang
sabahatku)
Tegal, 22 Agustus 2011,
00:06
~ Menuju satu titik
keteraturan yang sempurna : ibadah.~
Diikutkan dalam Giveaway mba Ketty : Bingkisan dari Kami
|
Bingkisan dari Kami ~ Mba Ketty Husnia
Download lagu Sholat Sahrul Gunawan disini |