Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Senin, 28 November 2011

Kunang-kunang Tanpa Cahaya

Ketika kunang-kunang tak memiliki cahaya, ia hanya terbang sendiri, meraba-raba dalam gelap, tak dapat ia temukan kawanannya, sebab pijarnya telah lenyap. 

Bukan, bukan matahari yang ia inginkan, tapi hanya sedikit pendar cahaya tubuhnya untuk dapat kembali hidup sebagaimana mestinya, dan kembali bersama kawanannya terbang indah menerangi gelap malam 

(Kunang-kunang Tanpa Cahaya -Asya Mujahidah)


Dua atau tiga tahun yang lalu, aku lupa kapan tepatnya kamu mengirimkan draft naskah novel itu ke emailku. Pertama baca tersentak dan takjub, kamu tahu aku sudah berdoa agar buku ini masuk ke jajaran buku-buku terbaik di sebuah penerbitan besar suatu saat nanti. lalu tiba-tiba pertengahan oktober kamu mengabariku tentang berita bahagia itu.

"Novelku terbit, bu! Nanti beli ya!"

Aku yang kaget cuma balas sekenanya, "Yang novel mana, bu?" hihi...maafkan karena ga titen. :P

Aku kira novelmu yang Kupungu, novel yang kamu tulis setelah menikah. Ternyata justru yang Kunang-kunang Tanpa Cahaya. Novel yang berkisah indah, novel yang membuatku takjub dengan sebuah jalan hidayah yang Allah berikan pada siapa saja yang mau mencariNya.


Lalu kamu bertanya tentang kesanku pada novel itu. Aku gelagapan. Entahlah... Aku merasa aku kehilangan diriku sendiri. Diriku yang dulu. Sebelum ini.Yang kata seseorang "sok idealis". Skrg justru makin tak idealis. T_T


Kamu tahu, kadang aku merasa aku menjadi kunang-kunang yang lelah mencari kawanannya yang hilang. Kumpulan kunang-kunang dengan kilauan cahayanya yang indah. Aku kehilangan cahayaku belakangan ini, duniaku mendadak jadi abu-abu.#euuh, pengen ketok jidat ke tembok

Mungkin ada benarnya aku mencari kawanan lain, tapi itu jauh lebih buruk. Aku justru akan semakin menjauh dari kitaran frekuensi cahayaNya. Dan itu sangat menyedihkan.  Mengedepankan dunia untuk menggapai impian. Padahal impian bisa dicapai dengan mendekat padaNya.

Hai, bu... Doakan aku yaa. Aku hanya butuh doa darimu. Mgkn juga nasihat.

Sampaikan pada bermilyar kunang-kunang yang kau temui kemarin saat bedah buku  bahwa di genggaman tangan mereka terdapat berjuta inspirasi kebaikan. Sampaikan bahwa dunia menanti kiprah mereka untuk menjadikan dunia ini lebih indah dengan cahayaNya. Aku tahu Allah sayang sekali denganmu maka dikabulkannya doamu dengan terbitnya buku ini. Barakallahu, bu. Aku banyak belajar darimu sejak pertama kali kita berkenalan dulu. Semoga Allah selalu melindungimu dan mengumpulkan kita di tempat terbaikNya nanti. Aamiin :)

~Untuk Yuni Astuti a.k.a Asya Mujahidah~


Semarang, 281111, 12:52

Minggu, 27 November 2011

Sebelas fakta diri

Bismillah... 

Setelah ditunda-tunda selama beberapa hari, akhirnya punya mood untuk ngerjain PR dari mba ketty. hihi.. maafkan ya, mba. maafkan kalo aq ngerjain PRnya lama. :D #jangan dijitak. wkwkwk... :p 

 Oke, 11 fakta tentang diriku :

 1. Pakai kacamata sejak kecil. sempet minder juga  di kelas pas  pertama kali pake, dan nangis. haha... abis itu dideketin sama bu guru diingetin tetep cantik kok walo pake kacamata. Makasih pujiannya, bu. setidaknya setelah itu aq ga nangis karena shock harus memakai kacamata. :D

2. Pernah dioperasi amandel di tahun 2008. Kata temenku yang biasa mbekam, seharusnya ga perlu di operasi, asal makanannya dijaga, ga boleh pedes, es, apalagi yg pake penyedap rasa. Tapi karena bandel dan masih suka melanggar pantangan, akhirnya tiap bulan selalu kambuh sakitnya. Dipikir2, udah ga tahan sama sakitnya, jadi akhirnya ambil keputusan buat operasi. Dan sms yang bikin ketawa pas abis operasi adalah "kamu udah bisa ngomong?" wkwkwk... si mas sepupuku yang baca sms dr temenku itu nimpalin, "ky, kamu ya udah bisa ngomong dr sejak kecil lah ya. :p" ada2 aja. udah tau abis operasi sakitnya masyaAllah, ga bisa buka mulut untuk bersuara apalagi makan. Setelah 5 hari baru baikan. Alhamdulillah... 

3. Anak pertama dari 4 bersaudara. Terobsesi pengen punya kakak laki2, tapi  ga mungkin yaa, lah kan aq anak pertama. :p
4. Selalu makan dengan didampingi sambal. Maklum.. orang pantura (Tegal). :D
5. Kecanduan internet 
6. Pengen nikah segera :"> Udah sejak umur 18 bilang pengen nikah, ampe skrg belum dikasih, hihi... Moga doa awal tahun baruku kali ini dikabulkan ya Allah. Aamiin.. :D
7. Punya mimpi pengen ke Jerman dan Paris didampingi suami 
8. Pengen punya perkebunan teh dan perusahaan teh di Lembang Bandung
9. Sedang berusaha melupakan seseorang. :))
10. Koleris melankolis(ini gimana ya nggambarinnya? :D)
11. Penikmat rembulan, senja, hujan dan puisi

Udah ya, mba Ketty.. PR nya udah kelaaarr.. ;D

Untuk meneruskan PR ini, aq kasih pertanyaan ini ya... hehe

Sebutkan 11 buku dan 11 film yang menginspirasi dalam hidupmu dan sebutkan alasannya ;)

PR nya diteruskan ke :

1. Chika
2. Kak Baha 
3. Una 


Oke, segitu aja dulu hehe... Met ngerjain yaaa , teman2.. :D

Semarang, 271111, 13:25


Sabtu, 26 November 2011

Antara perkebunan teh dan gumpalan obsesi

menyeduh teh hijau

Antara perkebunan teh dan gumpalan obsesi

Pagi masih berembun, ketika kami memulai langkah pertama untuk kembali ke pondok. Titik-titik bening di dedaunan tampak berkilauan ditimpa sengat sang mentari di hutan merapat dan kemudian akan segera hilang terserap panas. Kicau burung tetap terdengar sepanjang perjalanan. Aku lebih banyak berjalan di belakang bersama Aida, karena aku memang lelah.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Sekar?" pertanyaan itu terlontar ketika dia melihat aku lebih banyak termenung di sepanjang jalan.
"Lembang, kebun teh." jawabku pelan. Aku jujur, karena memang itulah pikiranku sekarang.
"Apa yang kamu tahu lagi tentang teh, hm?"
"Eemm... aku yakin apabila diadakan jajak pendapat minuman yang paling banyak penggemarnya, pasti teh menduduki peringkat kedua setelah air putih. karena rasanya cocok untuk segala lidah."
"Terlebih lidahku.. hehe...", selanya.
"Hehehe...aku kini lebih banyak tahu  tentang teh. Apapun jenisnya, semua berasal dari satu pohon, yaitu Camellia Sinensis. yang membedakan adalah lokasi penanaman, kondisi tanah, iklim dan pemrosesan. Orang mengenal ada 3 jenis teh yang poluler. teh hitam, teh hijau, dan teh oolong. Jenis itu dihasilkan karena pemrosesannya berbeda."

hamparan hijau perkebunan teh

Aku diam terpekur, mengais potongan teh yang terserak diantara obsesiku. Apalagi saat berpikir bahwa nasib teh akan memburuk jika terus dipetik tanpa upaya peremajaan. Makin rendah kualitas. Selalu begitu jika tiba-tiba memikirkan teh dan sepetak tanah.

"Lanjutkan dong! Kalau teh hijau bagaimana?"
"Iya,, iyaaa... Teh hijau , diproses tanpa fermentasi,dan yang dipetik daun muda. Petani Lembang menyebutnya pupus atau daun satu. Seduhannya berwarna kuning-hijau pucat, rasanya lebih sepat. Dan sisa seduhannya masih berwujud lembaran. Teh hitam diproses dengan fermentasi penuh. Warna yang dihasilkan dari seduhannya merah pekat. Sedangkan teh oolong diproses dengan setengah fermentasi. Orang biasa menyebutnya teh gunung, warna seduhan merah agak kuning. tapi dari ketiganya, teh hijau yang paling banyak fans, terutama orang Asia, karena aromanya alami dan bermanfaat untuk kesehatan. Terlebih -lebih di Cina dan Jepang. Lalu menyusul orang barat setelah tahu hasil riset menyatakan bahwa teh jenis ini bisa menurunkan risiko kanker. Trus....apalagi yaa... Oh iya, teh oolong bermutu paling baik dihasilkan Cina, India, Taiwan. Aku jadi ingat ceritamu tentang Farmland. Jenis ini unggul di budidaya perkebunan dan teknologi pemrosesan."

"Trus, rencanamu?"

"Aku belum punya rencana banyak. Yang jelas, keinginanku adalah menolong petani kecil supaya penghasilan mereka membaik. Aku ingin membuat perkebunan teh seperti di Taipei, disana ada Mucha, perkebunan teh milik rakyat (recreational farmland). Tujuannya, untuk menarik wisatawan supaya berkunjung dan membeli hasil petik teh milik rakyat. Juga membekali banyak pengetahuan kepada masyarakat setempat tentang bagaimana  penanaman, pengaturan, dan perawatan supaya hasil dan keindahannya terjamin. Lalu, ada juga demo mengecong  atau menyeduh teh supaya enak. Dengan begitu, petani teh percaya diri, cinta produk sendiri, dan semakin profesional menghargai turis domestik maupun asing. Aku membuka lapangan pekerjaan bagi petani-petani kecil itu, dan aku juga berpenghasilan. Aku berharap tanah yang hendak dibeli segera mendapat kecocokan harga. Kurasa tanah itu mencukupi."

Aida tersenyum mendengar penjelasanku. Aku menghela napas. Masih sangat jauh rasanya aku bisa merealisasikan rencana itu. Persoalannya, bukan hanya lahan atau  operasional pemrosesan saja. Tapi pemasaran juga merupakan persoalan yang sama penting.

Aku tahu, manusia tergantung pada impiannya. Dan aku ingin impianku terwujud. Suatu saat nanti.

[rindu  menyeduh teh hijau. persediaan tehku sudah habis..:( ]

Sekaran, 18 Maret 2009, menyemai pucuk-pucuk impian mekar satu persatu. 

Taman Poci -Alunalun Tegal
Suasana pengolahan teh di dalam pabrik