Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Senin, 27 Februari 2012

Perempuan Itu


Bismillah... 

Malam ini sebenarnya aku ingin menulis naskah lagi, tapi pergelangan tanganku terasa  sakit. jadilah akhirnya aku lebih banyak membaca. Nah, tadi melihat notif di fb, fbku ditag oleh mba Cahya teman di various picbook class. Ditag Note tentang acara Milad FLP kemarin. Setelah membaca notenya, jadi tergoda untuk menulis juga,hehe :D

Kemarin, saat milad FLP ada acara bedah buku Suami Sempurna- buku terakhir alm. Nurul F Huda. Aku sempat membaca satu bab di awal buku, dan belum menyelesaikannya. Jujur, di buku ini aku tertegun saat membaca biodata mba Nurul.   

Pada tahun 2009, Nurul tinggal di Yogyakarta sebagai single mother bersama kedua buah hatinya, hingga ia wafat.  

Kaget campur bingung, apa benar mbak nurul memang single mother? artinya sudah berpisah dari suami kah? Lalu saat membaca bab 1 buku ini, aku lebih kaget lagi. seakan semua emosi meluap dalam aksara. 

Bab ini bercerita tentang seorang laki-laki yang berprofesi sebagai pengusaha, dia seorang direktur perusahaan besar. Karena sibuk di dunia bisnis, dia sampai tidak pernah meluangkan waktu untuk sekedar mengantar sekolah anak-anaknya. semua urusan tentang anak diurus oleh istri. Sampai akhirnya pada titik jenuh, sang istri ini mengambil langkah untuk menghindar. menghilang dari kehidupan keluarganya, menghilang dari anak-anaknya juga suaminya. alhasil, si suami akhirnya kelabakan. kelabakan menghadapi tingkah anak-anaknya yang rewel saat mereka diantar sekolah pertama kali oleh ayahnya. takut terlambat. Hmm, lebih unik lagi, si ayah ini tak tahu dimana letak sekolah anaknya. benar-benar suami yang "sesuatu" yaa. >.< Sampai akhirnya sang suami sadar bahwa dia tak bisa melakukan banyak hal seorang diri, dia butuh istrinya kembali ke rumah. Sementara sang istri selalu mengamati kehidupan keluarganya dari kamar yang dipinjamkan oleh tetangga rumahnya. kamarnya ini terletak di lantai 2. jadi dia bisa leluasa melihat kegiatan yang dilakukan anak-anaknya, baik saat berangkat sekolah maupun bermain.

Sempat kupikir ini fiksi. Murni fiksi. Sampai akhirnya ya tadi itu... aku ditag mba cahya. ditag notenya, dan mengalirlah pembahasan tentang mengapa buku ini lahir. 

Bisa jadi kemungkinan besar 80% buku ini adalah luapan emosi sang penulis sendiri. Tentang suami sempurna yang diidamkan, tapi memang di dunia ini tak ada yang sempurna kan? Selalu ada percik dalam kehidupan berumah tangga. bahkan meski sudah menikah bertahun-tahun sekalipun. 

 Launching buku “Suami Sempurna” karya terakhir Nurul F Huda (Allahu yarham) dimulai. Aku harus membagi perhatian antara fokus pada para pembicara di depan dan juga memenuhi permintaan kedua puteriku yang macam-macam. Acara yang dimoderatori oleh Mbak Dee berlangsung seru. Kang Irfan selaku pembicara pertama menjelaskan paradoks antara judul dengan isi buku, ketika membaca judulnya, pastilah pembaca berasumsi bahwa isi bukunya adalah bagaimanakah sosok seorang suami sempurna. Atau mungkin berkisah suami-suami sempurna dimata istri dan keluarga. Tapi ternyata, isinya jauh panggang dari api.
Dalam buku ini, justru banyak diuraikan kisah ketidak sempurnaan seorang suami. Nurul F Huda seakan menampar pembaca dengan kenyataan bahwa tak ada suami sempurna di dunia ini  (kecuali Rasulullah SAW). Kang Irfan sendiri mengaku, beliau dan istrinya mendapat banyak pelajaran dari buku ini. Diskusi semakin seru saat pembicara kedua, Mbak Izzatul Jannah atau yang lebih akrab di sapa Mbak Ije tak sependapat dengan Kang Irfan bahwa apa yang ditulis dalam buku ini bukanlah murni pengalaman penulis. Menurut master psikologi ini, bahwa 80% tulisan seseorang adalah berdasarkan pengalaman hidupnya atau orang-orang terdekatnya. Maka ini adalah upaya Mbak Nurul membuka dirinya untuk berbagi dan juga sebagai terapi mental agar sehat secara kejiwaan. Mbak Ije bahkan menawarkan jika ada yang berminta mengetahui tentang hal ini, menulis sebagai terapi mental, beliau banyak memiliki jurnalnya. Mbak Ije  yang cukup mengetahui perjalanan pernikahan Mbak Nurul meyakinkan bahwa ini adalah kisah Nurul F Huda.
Dan hmm... sampai kalimat terakhir itu, aku benar-benar mengaminkan dalam hati. Iya, sepertinya ini kehidupan mba nurul sendiri. Sebagai sesama penulis, hampir sebagian besar naskah yang aku tulis adalah kejadian yang aku alami. Meski dibalut fiksi, jadi hasilnya setengah fiksi atau half fiction.

Dulu awal mengenal beliau, bagiku mba nurul adalah penulis yang begitu gigih menuliskan tentang pernak pernik rumah tangga. Aku beruntung menemukan bukunya yang berjudul balada cinta si kembar. Buku ini yang pertama kali aku baca, selain derai sunyi- asma nadia dan majalah annida, saat aku pertama kali memutuskan untuk berjilbab. Hhm, itu sekitar tahun 2004. Dan tahun 2009 aku menemukan akun multiply beliau. Subhanallah... bisa berinteraksi langsung dengannya itu sesuatu yang "istimewa" menurutku. Termasuk saat beliau berkomentar di komentarku. 




Saat itu aku tak tahu soal perpisahan beliau dengan suami. Sejak aku berkomentar pertama kali, aku sering melihat mbak nurul mengudate tulisannya di blog multiplynya. Sampai akhirnya aku lupa kapan pastinya, entah tahun 2010 atau tahun 2011, akun fb beliau dibanjiri oleh berita belasungkawa atas meninggalnya beliau. Saat itu speechless. Rasanya seperti diingatkan lagi tentang interaksi selama ini. meski itu lewat komentar saja. Dan aku masih ingat cerpennya yang berjudul setia sewangi gardenia. Cerpen ini yang membuatku percaya, perempuan akan tetap setia dan tangguh menjalani hidup karena anak-anaknya. Itulah yang dikisahkan beliau. Rasanya masih speechless membaca bab pertama bukunya yang terakhir. Semoga pahala kebaikan selalu menyertaimu, mba. Pahala yang mengalir melalui tulisan-tulisanmu. Aamiin :)

270212, 22:56


Jumat, 17 Februari 2012

Menyemai Cinta

Blogger bicara cinta ya? :D Hmm saya terkejut saat mendapat pertanyaan tentang masalah cinta. Ada banyak jawaban sebenarnya tentang pertanyaan yang satu ini. Bagaimana caranya agar dalam menjalin hubungan terhindar dari rasa bosan kepada pasangan?

Sifat bosan sebenarnya dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan adalah kapasitas dan tingkat kebosanan itu. Ada yang cepat sekali, tapi ada juga yang lama baru bisa merasakan kebosanan itu. Hal itu tergantung sesuatu yang dihadapinya. Bisa dibilang, berdasarkan rasa.

Alasan untuk merasakan kebosanan bisa bermacam-macam, tergantung situasi yang dihadapi. Ada banyak pertimbangan yaitu karena pembicaraan sudah tidak nyambung, ada orang lain yang lebih dari dia, kita tidak butuh dia lagi, atau mungkin memang kita sudah sampai pada titik jenuh dengannya.

Lalu apa korelasi antara bosan, tersendatnya komunikasi dan fenomena pisah dengan pasangan? Bosan bisa menimbulkan efek jangka pendek, maupun jangka panjang. Jika seorang merasakan kebosanan yang luar biasa, ia bisa saja segera langsung menghilang dari peredaran. Mencari pelampiasan dengan hal-hal baru lainnya.

Efek jangka pendeknya, ia hanya menghilang sesaat, lalu kembali mencintai kita , dan menganggap bahwa kebosanan serupa hanya semacam fitrah alamiah yang tak perlu dicemaskan. Namun, jangka panjangnya, adalah semakin besar tingkat kebosanan seseorang dengan hal yang paling sering dilakukan, bertemu dengan pasangan yang  begitu-begitu saja misalnya, dan melakukan rutinitas serupa yang selalu monoton dan terkesan hampa-tanpa rasa, maka efeknya semakin besar. Ia segera menghilang, berselingkuh dengan orang lain dan takkan pernah kembali lagi ke dalam lingkaran cinta yang pernah dibangun bersama. Terlalu senang mengecap manisnya hidup di luar, tanpa adanya pengekangan menjadikan hal ini semakin parah. Dan bisa ditebak, ujungnya adalah keinginan yang besar untuk mengajukan jalan akhir yaitu putusnya hubungan. Jika ini terjadi pada pasangan yang sudah menikah maka akan terjadi perceraian karena efek kebosanan dalam jangka panjang tadi.      

Bosan adalah fitrah bagi setiap manusia. Namun bukan tak mungkin, ia pun sebenarnya bisa dikontrol dengan baik, asal kita tahu caranya. Rasulullah pun mengajarkan pada ummatnya untuk selalu memupuk rasa antar pasangan, meskipun dengan hanya sebuah senyuman dan salam. Rasul pun mengajarkan lagi bahwa ada satu sisi yang menarik dalam diri setiap manusia. Fitrahnya untuk dipuji, dan tentu saja diperhatikan. Maka, Rasul pun mengajarkan untuk saling memberi perhatian, dalam bentuk apapun. Bisa senyuman, salam, bahkan dalam bentuk barang sekalipun. Hibah/ kebiasaan saling memberi, menurut Rasulullah adalah salah satu dari kunci sukses untuk menumbuhkan cinta. 

“Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, lihat Shahihul Jami’ [3004] dan Al Irwa’ [1601])


Salah satu yang membuat hubungan tidak langgeng adalah bukan karena kurangnya kasih sayang, akan tetapi kurangnya rasa bersahabat. Dalam sebuah hubungan yang saya lihat bahwa ada perasaan bahwa saya selama ini telah memilih pasangan yang salah. Salah? Hmm, sebenarnya, “Bukan kita yang salah memilih pasangan, tetapi kita lah yang kurang bisa menyesuaikan diri.” 

Jadi jika kita bermasalah dengan pasangan, baiknya ambil jeda sejenak. Lalu berikan waktu untuk sama-sama saling introspeksi. Mengajak pasangan untuk one to one alias ngobrol berdua saja untuk menetralkan perasaan jenuh tadi juga bisa dilakukan. Wisata bareng, makan bersama, atau menonton film. semua yang dilakukan bersama tadi bisa membuat cinta mekar kembali. 

Menyesuaikan diri saat mulai terjadi kebosanan tadi ternyata bukan hal yang mudah, pun bukan hal yang sulit? Ketika bersama pasangan,  ada ego yang harus dilunturkan, ada rasa yang harus dinetralkan  untuk bisa menerima pasangan apa adanya, plus minusnya, baik buruknya. Butuh kelapangan hati, rasa toleran yang tinggi, pun rasa sabar dan syukur. 

Ah ya selalu ada keistimewaan saat kita mengeja cinta seperti tak pernah ada luka, tak pernah ada jenuh. Iya saat kita belajar untuk jatuh cinta pada pasangan setiap hari. Mencintainya setiap pagi bermula hingga Tuhan-lah yang akan menutup akhir cerita cinta kita. 

170212, 21:38

Kamis, 16 Februari 2012

Surat Cinta untuk Oriflamers

Pagi-pagi dapet nasihat bagus dari Awang, temen di d'bc beda line. alias crossline. 
Leaders, jika ada gejolak dijaringanmu, coba dipahami ini lebih dalam: downline2 yang kritis dan banyak merepotkan adalah asset. Bisnis ini tidak sebegitu mudahnya buat consultant baru...apalagi (maaf) bagi ibu rumah tangga yang sudah tahunan resign ngantor dan menjadi ibu rumah tangga saja  tentu sangatlah rewel dalam proses training...
Tahan nafas dear (hehe)... Fasilitasi dan arahkan mereka bagaimana bersolusi... tentang apa yang menjadi kendala..dengar ya sayank: bisnis ini cuma mimpi buat mereka yang joint, lalu diam dalam ketidakmengertian...
Sebagai Upline: tugasmu adalah memahamkan bisnis ini dengan bantuan support d'BC Network ...daaan...sebagai downline, hub. Uppline-mu jika tidak paham...janji mesra kapan bisa di training..."naik level berjamaah itu nikmat nya luar biasa..." yuuk...! (di H-14, Feb'16'2012)
Nggak mudah memang memberikan training, apalagi sama emak-emak. Rempong ini itu. daaaann, apalagi kalau mereka rewel ikutan training disambi jaga anak-anak. hehe :D 
Tapi, jalani aja. ;)
Ada banyak pelajaran berharga saat memberika e-training. Jadi motivator, leader, tukang ngomporin dsb. Suatu saat yang bekerja dengan baiklah yang akan menuai hasilnya. Lihat saja. ;)
Pagi yang indah. 160212, 09:23