Bismillah...
Malam ini sebenarnya aku ingin menulis naskah lagi, tapi pergelangan tanganku terasa sakit. jadilah akhirnya aku lebih banyak membaca. Nah, tadi melihat notif di fb, fbku ditag oleh mba Cahya teman di various picbook class. Ditag Note tentang acara Milad FLP kemarin. Setelah membaca notenya, jadi tergoda untuk menulis juga,hehe :D
Kemarin, saat milad FLP ada acara bedah buku Suami Sempurna- buku terakhir alm. Nurul F Huda. Aku sempat membaca satu bab di awal buku, dan belum menyelesaikannya. Jujur, di buku ini aku tertegun saat membaca biodata mba Nurul.
Pada tahun 2009, Nurul tinggal di Yogyakarta sebagai single mother bersama kedua buah hatinya, hingga ia wafat.
Kaget campur bingung, apa benar mbak nurul memang single mother? artinya sudah berpisah dari suami kah? Lalu saat membaca bab 1 buku ini, aku lebih kaget lagi. seakan semua emosi meluap dalam aksara.
Bab ini bercerita tentang seorang laki-laki yang berprofesi sebagai pengusaha, dia seorang direktur perusahaan besar. Karena sibuk di dunia bisnis, dia sampai tidak pernah meluangkan waktu untuk sekedar mengantar sekolah anak-anaknya. semua urusan tentang anak diurus oleh istri. Sampai akhirnya pada titik jenuh, sang istri ini mengambil langkah untuk menghindar. menghilang dari kehidupan keluarganya, menghilang dari anak-anaknya juga suaminya. alhasil, si suami akhirnya kelabakan. kelabakan menghadapi tingkah anak-anaknya yang rewel saat mereka diantar sekolah pertama kali oleh ayahnya. takut terlambat. Hmm, lebih unik lagi, si ayah ini tak tahu dimana letak sekolah anaknya. benar-benar suami yang "sesuatu" yaa. >.< Sampai akhirnya sang suami sadar bahwa dia tak bisa melakukan banyak hal seorang diri, dia butuh istrinya kembali ke rumah. Sementara sang istri selalu mengamati kehidupan keluarganya dari kamar yang dipinjamkan oleh tetangga rumahnya. kamarnya ini terletak di lantai 2. jadi dia bisa leluasa melihat kegiatan yang dilakukan anak-anaknya, baik saat berangkat sekolah maupun bermain.
Sempat kupikir ini fiksi. Murni fiksi. Sampai akhirnya ya tadi itu... aku ditag mba cahya. ditag notenya, dan mengalirlah pembahasan tentang mengapa buku ini lahir.
Bisa jadi kemungkinan besar 80% buku ini adalah luapan emosi sang penulis sendiri. Tentang suami sempurna yang diidamkan, tapi memang di dunia ini tak ada yang sempurna kan? Selalu ada percik dalam kehidupan berumah tangga. bahkan meski sudah menikah bertahun-tahun sekalipun.
Launching buku “Suami Sempurna” karya terakhir Nurul F Huda (Allahu
yarham) dimulai. Aku harus membagi perhatian antara fokus pada para
pembicara di depan dan juga memenuhi permintaan kedua puteriku yang
macam-macam. Acara yang dimoderatori oleh Mbak Dee berlangsung seru.
Kang Irfan selaku pembicara pertama menjelaskan paradoks antara judul
dengan isi buku, ketika membaca judulnya, pastilah pembaca berasumsi
bahwa isi bukunya adalah bagaimanakah sosok seorang suami sempurna. Atau
mungkin berkisah suami-suami sempurna dimata istri dan keluarga. Tapi
ternyata, isinya jauh panggang dari api.
Dalam
buku ini, justru banyak diuraikan kisah ketidak sempurnaan seorang
suami. Nurul F Huda seakan menampar pembaca dengan kenyataan bahwa tak
ada suami sempurna di dunia ini (kecuali Rasulullah SAW). Kang Irfan
sendiri mengaku, beliau dan istrinya mendapat banyak pelajaran dari buku
ini. Diskusi semakin seru saat pembicara kedua, Mbak Izzatul Jannah
atau yang lebih akrab di sapa Mbak Ije tak sependapat dengan Kang Irfan
bahwa apa yang ditulis dalam buku ini bukanlah murni pengalaman penulis.
Menurut master psikologi ini, bahwa 80% tulisan seseorang adalah
berdasarkan pengalaman hidupnya atau orang-orang terdekatnya. Maka ini
adalah upaya Mbak Nurul membuka dirinya untuk berbagi dan juga sebagai
terapi mental agar sehat secara kejiwaan. Mbak Ije bahkan menawarkan
jika ada yang berminta mengetahui tentang hal ini, menulis sebagai
terapi mental, beliau banyak memiliki jurnalnya. Mbak Ije yang cukup
mengetahui perjalanan pernikahan Mbak Nurul meyakinkan bahwa ini adalah
kisah Nurul F Huda.
Dan hmm... sampai kalimat terakhir itu, aku benar-benar mengaminkan dalam hati. Iya, sepertinya ini kehidupan mba nurul sendiri. Sebagai sesama penulis, hampir sebagian besar naskah yang aku tulis adalah kejadian yang aku alami. Meski dibalut fiksi, jadi hasilnya setengah fiksi atau half fiction.
Dulu awal mengenal beliau, bagiku mba nurul adalah penulis yang begitu gigih menuliskan tentang pernak pernik rumah tangga. Aku beruntung menemukan bukunya yang berjudul balada cinta si kembar. Buku ini yang pertama kali aku baca, selain derai sunyi- asma nadia dan majalah annida, saat aku pertama kali memutuskan untuk berjilbab. Hhm, itu sekitar tahun 2004. Dan tahun 2009 aku menemukan akun multiply beliau. Subhanallah... bisa berinteraksi langsung dengannya itu sesuatu yang "istimewa" menurutku. Termasuk saat beliau berkomentar di komentarku.
Saat itu aku tak tahu soal perpisahan beliau dengan suami. Sejak aku berkomentar pertama kali, aku sering melihat mbak nurul mengudate tulisannya di blog multiplynya. Sampai akhirnya aku lupa kapan pastinya, entah tahun 2010 atau tahun 2011, akun fb beliau dibanjiri oleh berita belasungkawa atas meninggalnya beliau. Saat itu speechless. Rasanya seperti diingatkan lagi tentang interaksi selama ini. meski itu lewat komentar saja. Dan aku masih ingat cerpennya yang berjudul setia sewangi gardenia. Cerpen ini yang membuatku percaya, perempuan akan tetap setia dan tangguh menjalani hidup karena anak-anaknya. Itulah yang dikisahkan beliau. Rasanya masih speechless membaca bab pertama bukunya yang terakhir. Semoga pahala kebaikan selalu menyertaimu, mba. Pahala yang mengalir melalui tulisan-tulisanmu. Aamiin :)
270212, 22:56