Takdir
terbaik bagi tulisan saya
Setiap naskah
memiliki takdir masing-masing. @nulisbuku
Ada yang bilang
bahwa saya selalu beruntung. Katanya sih. Apalagi mungkin mereka hanya melihat
sisi luar yang tampak. Tidak melihat sisi yang mungkin tidak mereka sadari
sebenarnya adalah ketidakberuntungan saya. Saya sering merasa bahwa usaha saya
tidak selalu berhasil, tentu bisa jadi karena banyak factor. Dalam hal bisnis,
saya pernah kena tipu. Dalam hal jodoh saya sering patah hati karena tidak jadi
berjodoh. Dalam hal tulisan, saya tahu bahwa tulisan saya jauh dari sempurna
sehingga sering ga menang juga di lomba, bahkan dulu ga tau kabar tulisan saya
gimana.
Di bulan oktober
tahun lalu, saya pernah ikut kegiatan
bernama #11project11days. Project ini bernama 11 project dalam 11 hari karena
memang kami mengerjakan 11 project menulis di event ultah nulisbuku.com dalam
kurun waktu tersebut.
Hasil project
tersebut saya tuliskan dalam sebuah tulisan yang saya dedikasikan untuk sekedar
menjadi catatan. Suatu waktu Una mengadakan giveaway yang pertama kali. Nah,
saya bertekat untuk ikut serta. Saya sertakan pengalaman saya mengikuti event #11projects11days
ini di giveaways-nya.
Saya tahu bahwa
mungkin tulisan saya tidak terlalu sesuai dengan tema yang dia usung, apalagi
tulisan teman-teman bahkan lebih bernas dan berisi disbanding tulisan saya yang
lebih berkisah suka duka menjalani event project tersebut. Tentu bagi para
pejuang #11projects11days tulisan saya pasti bermakna, tapi belum tentu bagi
lainnya, apalagi yang mungkin tidak merasakan euphoria event ini.
Saat pengumuman
giveaway tiba, nama saya tidak ada di daftar. Sedih? Nggak juga. Saya malah
justru ingin tahu di mana letak enggak cocoknya. Mungkin memang tulisan saya
jauh dari kriteria juri. :p Ya, mungkin saja kan? :D Apalagi saya nulisnya
pakai ngebut. Biasa deh, deadliners sejati. Hihi. Nah saat itulah saya
mengendapkan naskah. Sama sekali tak saya sentuh lagi.
Bulan berganti
bulan, tahun berganti tahun. Saya sudah lupa dengan naskah saya. Sama sekali
tak berniat untuk merombak apalagi mengirim ke mana pun. Ga ada niatan sama
sekali buat mempublikasikan di media cetak.
Saya biarkan tulisan
saya mengendap di blog ini. Bahkan tidak pernah saya baca lagi. Suatu waktu
saya mendapat info kalau Grup IIDN sedang membutuhkan naskah bertema “sang
pemenang” untuk diterbitkan di penerbit mayor, yaitu elexmedia. Tema tulisan
yang dibutuhkan adalah tentang cerita atau kisah yang berhubungan dengan
kemenangan, apa saja yang biasa dilakukan pemenang untuk bisa mewujudkan
kemenangan tersebut, apa kriteria yang harus dimiliki oleh pemenang untuk bisa
menjadi pemenang sejati. Nah, dipilihlah sekitar 34 naskah. 20 naskah utama,
dan 14 naskah mendamping. Yang masing-masing pastinya mendapatkan fee berbeda.
Saya bingung mau
menulis apa, deadline sudah hampir menjelang. Karena katanya harus menggunakan
bukti pernyataan keaslian naskah, sya jadi pusing cari nara sumber. Trus kalau dilihat dari tema pastinya yang
dilihat tema-tema yang berat. Para jawara yang memang handal dibidangnya. Saya
pun ciut nyali. Mau kirim gak ya? Bingung.
Nah, saat itulah
saya ingat naskah saya di blog ini. Naskah yang saya ikutkan di giveaway una.
Naskah itu sama sekali tidak terpakai. Saya berniat untuk mengikutsertakan
naskah saya tersebut untuk lomba tadi. Akhirnya saya rombak sedikit, hanya
ditambah di paragraph awal-awal. Dan jadilah saya mengirim naskah tersebut ke
email penyelenggara 3 jam sebelum deadline ditutup. Bayangkan? Sama sekali tak
ada persiapan kan? Benar-benar terburu-buru. Kebiasaan saya sih. :D *jangan
ditiru yah :P*
Saya kirimkan
naskah, sambil berkata bahwa jika naskah saya diterima oleh penyelenggara, maka
saya baru bisa mengirimkan scan bukti keaslian naskah. Saya harap-harap cemas
saat seminggu kemudian panitia tidak kunjung memposting pengumuman. Rasanya
antara galau dan tak percaya. Ya gitu deh. Tau kan rasanya nungguin pengumuman
lomba seperti apa? Hehe. Rasanya? Dag dig dug der! :p
Jam 8 pagi tiba,
pengumuman diposting oleh mbak Tuti Sitanggang, sang panitia. Saat itu saya tak
berharap banyak. Tapi begitu saya melihat ada nama saya di deretan nama naskah
yang lolos. Saya makin tak percaya. Bagaimana mungkin? Padahal naskah itu pernah
tidak menang di lomba lain. Bagaimana mungkin naskah yang saya edit dadakan dan
saya kirimkan buru-buru menjelang deadline bisa menang?
Saya seakan
seperti diingatkan lagi dengan firman Allah. “Kun fayakun” Sekali Dia
menginginkan saya menjadi pemenang, maka Dia aka menjadikan saya pemenang.
Kegagalan sebelumnya hanya sebagai batu loncatan.
Nah, yang saya
kagetkan adalah, fee menulis untuk project itu lebih besar dari hadiah yang
ditawarkan saat saya ikut giveaway. Saya jadi berfikir bahwa mungkin ini memang
takdir tulisan saya. Bahwa saya harus menunggu selama berbulan-bulan untuk bisa
menentukan mana media yang tepat untuk mempublikasikan naskah saya. Saya jadi
lebih semangat lagi untuk menulis, merombak lagi, menulis lagi, dll. Tak ada
lagi yang saya takutkan. Saya yakin jika ketetapanNya adalah yang terbaik. Maka
setiap tulisan saya pasti akan menemukan takdir terbaiknya. Di mana pun dia
akan saya publikasikan, dia akan dibaca oleh orang-orang terbaik, orang-orang
yang ditakdirkan untuk membaca tulisan saya.
Semoga sharing
ini bermanfaat ya. Tetap menulis, tetap semangat! :D
Salam
Tulisan
ini diikutsertakan padaMonilando’s First
Giveaway