Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Jumat, 11 Januari 2013

Kiprah Blogger di tahun 2013


Kiprah Blogger di tahun 2013 masih menjadi perbincangan hangat di kalangan blogger yang ikut Liga Blogger di musim pertama tahun ini. Saya mencoba melihat dari sudut pandang saya sendiri, bahwa menulis pun membutuhkan mood. 

Saya menulis di blog awalnya karena saya  merasa nyaman, saya mencari kenyamanan yang tidak saya temukan di social media atau diary offline. Saya bisa bercerita banyak hal tanpa memandang apa postingan saya akan mendapat feedback dari pembaca, karena menulis memberikan saya ketenangan hati. Dengan menulis, segala masalah yang sebenarnya sulit, bisa saya temukan penyelesaiannya karena saya seperti berbicara dengan diri saya sendiri.  Saat dulu saya memulai menulis di blog multiply, saya mulai mengenal  Komunitas MPID, tentu ini membuat semangat saya membara, saya ingin ikut kopdar, tapi belum sempat ikutan blog di multiply sudah ditutup.

Di multiply, interaksi antar membernya berjalan dua arah, karena ada saling komentar, komentarnya pun bukan komentar yang harus selalu serius, tapi bisa lucu, simpatik, dsb. Dari sanalah dimulai interaksi antar blogger. Sejak multiply resmi menutup blognya dan serius di e-commerce saya sudah berpindah ke blogspot. Teman-teman lain pun berpindah, ada yang ke wordpress ada yang ke blogspot. Kenyamanan yang semula ditemukan di antara teman-teman satu komunitas mulai menghilang perlahan.

Saya memang masih belum menemukan kenyamanan seperti yang saya temukan di multiply, sehingga saya jarang bercerita tentang diri saya di blog. Saya lebih banyak menulis untuk lomba, giveaway, dan kuis-kuis atau sekedar share sesuatu yang saya suka, tapi tidak berbicara banyak tentang diri pribadi. Mendadak saya jadi mengalihkan niat menulis saya di blog untuk tujuan komersial.  Sah-sah saja sebenarnya, bahkan dalam tahun 2013 saya sering mendapatkan job. Bisa dipastikan sebenarnya blogger-blogger di tahun 2013 akan mendapatkan apa yang disebut passive income, karena banyaknya web-web e-commerce baru yang bertebaran di jagat dunia maya saat ini. Tentu mereka membutuhkan media untuk mengenalkan produk, sedangkan iklan di televisi, radio, atau koran biaya iklan yang dibutuhkan terasa lebih mahal dibanding saat mereka menyewa jasa blogger untuk mereview produknya.

Jadi, saya rasa tahun 2013 adalah tahun panennya para blogger untuk meraih keuntungan lebih dari hobi menulisnya di blog.

Kamu, siapkah menjadi salah satunya? ;)

Postingan ini dikutsertakan dalam Liga Blogger Musim Pertama Tahun 2013

Peluang Bisnis Alat Listrik di Kawasan Kampus

Sejak saya ngekos  tujuh tahun lalu di sekaran kawasan semarang, bapak memilihkan anak putrinya kos yang dekat dengan kampus FMIPA Unnes. Pertimbangan pertama bapak pilih yang dekat dengan kampus ya karena tak mau saya kejauhan jalan kaki , apalagi jalanan menuju kampus itu bener-bener naik turun. Ya, maklum, daerah gunung, hehe. Jadi kalo pun harus jalan kaki, ga perlu jauh-jauh banget. Pertimbangan bapak saat memilih kos adalah kosnya nyaman. 

Nah, saat itu saya sempat memilih kamar di belakang, yang bangunannya di luar bangunan utama karena bangunan baru. Waktu masuk ngecek kamarnya, saya liat kok kamarnya belum dipasang alat listrik. Kayak stop kontak belum bener, trus katanya lampu ada tapi agak redup ga bisa menyeluruh menerangi kamar saya. Jadilah saya ditawarin kalo stop kontaknya mau dibenerin, sekalian saya disuruh milih sendiri lampunya. 

Saya pun pilih lampu yang baru. Satu stop kontak yang ada di kamar pun akhirnya dibenerin sama pak kos, dan saya menyambung stop kontak yang cuma satu itu dengan plug kabel biar bisa dipake buat pasang barang elektronik lainnya. Kamar pun terang benderang. Setelah itu, bukan pertama kalinya saya harus berurusan dengan listrik. Sedangkan kos saya pindah-pindah, saya harus mencari kos yang listriknya ga njeglegan, aman, wattnya besar,  juga kabel-kabelnya tersalurkan dengan baik. 

Ternyata alat listrik yang dibutuhkan anak kos, bisa menjadi peluang bisnis alat listrik bagi para penjual yang ada di sekitar kampus. Karena tiap ada kerusakan pasti larinya ya ke toko yang dekat dengan kampus, sehingga saya ga perlu turun ke semarang bawah untuk nyari-nyari alatnya. Kalau saya jadi penjualnya, saya pasti akan memasarkan dengan baik, apalagi kebutuhan tiap kos bertambah setiap tahun, bukan hanya untuk kalangan mahasiswanya saja, tapi juga untuk kebutuhan kantor di kampus, juga di masyarakat yang merupakan penduduk asli desa sekaran. Lebih menyenangkan lagi jika distributor alat listrik, yang merupakan penyedia alat-alat listrik mau menjual alat listrik secara grosir maupun retail. Jadi harga alat listriknya cocok di kantong para mahasiswa, hehe. 

Kamis, 10 Januari 2013

Sertifikat Depkes Saja Tidak Cukup


Pagi kemarin ketika ada undangan untuk menghadiri acara di kota saya, saya pun pergi bersama seorang teman. Karena tempat acaranya belum juga ketemu(sempet nyasar pula di rumah yang sepi), jadi saya akhirnya mampir ke sebuah tempat makan ya semacam cafe di deket situ sebut saja cafe A.

Saat saya memesan minuman, saya tergoda untuk membeli cemilan juga. Saya pun membeli kue prol tape. Pas saya buka bungkusnya, kok ya di bagian bawah kuenya kayak ada jamur yang bikin permukaan kue jadi agak hitam, meski samar-samar liatnya, akhirnya saya beranikan nanya ke pelayan cafenya. Respon pelayannya bikin saya mengerutkan dahi. Mereka bilang, “baru satu hari kok, mba.” Tanpa melihat apa benar di situ ada jamurnya. Padahal saya nanyanya apa ini bener ada jamurnya. Hasilnya saya tetep makan meski cuma bagian atas aja.

Dini hari ini baru nyadar kalo makanan tadi itu beneran sumber penyakit. Fiuhh, saya diare dan muntah 2 kali di jam 2 pagi. Well, kalo cuma mau ambil untung, kenapa harus merugikan kesehatan orang lain? Saya ingat di plang depan cafenya ada sertifikat Depkes RI. Seharusnya makanan yang ada di sana memang harusnya bebas dari sumber penyakit kan? Kalau saya lihat, sertifikat saja tidak cukup, karena pelayan di cafe A tidak seteliti di salah satu cafe rumah sakit swasta di sini.

Dulu saya pernah mengajak adik saya untuk membeli makanan di cafe rumah sakit, dan respon pelayan cafenya keren banget! Jempol deh buat mereka. Mereka enggan menjual makanan yang sudah tidak layak makan, mereka menolak dengan tegas saat adik saya meminta membeli mie yang dibungkus yang ternyata sudah lewat dari jam fresh makanannya(saat itu jam 5 sore).

Saya suka attitudenya si pelayan cafe rumah sakit dibanding cafe yang jual kue tadi. Daripada pasien di rumah sakit bertambah banyak, lebih baik menghindari sumber penyakit, kan?. 

Jadi kesimpulannya, ternyata sertifikat halal dan depkes RI saja tidak cukup untuk menunjukkan makanan itu layak dikonsumsi. Harus ada pelayan yang siap untuk menolak menjual makanan yang tidak layak konsumsi. 

Benar-benar peringatan buat saya kali ini. :(

Satu nyawa orang sangat berharga, jangan sampai digadaikan hanya demi segepok uang.