Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Selasa, 05 Februari 2013

Sprinter

Sprinter dalam dunia olahraga memang digunakan untuk istilah pelari cepat. Buat saya sendiri istilah ini ga terlalu menarik, tapi tempo hari waktu main ke websitenya warung blogger, ada tulisan lama yang ditulis oleh pakdhe cholik tentang istilah blogger yang sprinter. Katanya sih, kalo nulisnya ngebut banyak gitu biasanya ga bertahan lama, karena akan mudah lelah dan mengalami banyak kebosanan. 

Jujur, saya termasuk yang sprinter karena dulu pernah nulis event 11 project 11 days  meski cuma ikutan 9 project aja. Dan memang sekarang ga minat lagi buat nulis fiksi, ya mungkin karena itu tadi. Terlalu semangat menulis banyak dan akhirnya mengalami kebosanan. Agak enek gitu. Sekarang beralih ke nonfiksi jenis review. Pun pada akhirnya karena memang tipe pembosan, kalau sudah sering akhirnya jadi terbiasa, dan menganggap biasa, ga terlalu istimewa. 

Pada dasarnya segala hal yang berlebihan itu memang ga baik, kan?. Saya sendiri sekarang pun, hanya dua pertiga yakin akan tetap bisa melaju sampai akhir pertandingan liga blogger ini. Bukan apa-apa, sepertinya semangat ke arah sana... lagi kendor. Heuheu. :(

Adakah yang bisa bagi-bagi semangatnya? Mungkin saya memang butuh "me time" kali ya. Pengen curhat sama temen, eh si temen lagi sibuk banget. Mau curhat lewat tulisan kok ya udah enek liat aksara-aksara tiap hari. Inilah yang bikin tumpukan buku-buku numpuk di lemariku. Mau nulis bosen, baca juga bosen. Maunya apa tho  kamu, nduk? :D 

Satu-satunya yang membuat saya bertahan adalah karena saya sudah memulainya. Dan itu artinya saya pun harus menyelesaikan apa yang saya mulai sejak satu bulan lalu, karena apa artinya menghabiskan waktu kalau tidak menghasilkan apapun dari tujuan awal yang sudah ada?

NB : Efek galau besok ditagih tugas sama si kepala suku grup nulis. Haha. Haduh, bingung mau nulis tips apaan. :))

Sabtu, 02 Februari 2013

Narsisis Artistik Giveaway

Narsisis Artistik Giveaway


Una alias emaknya shirley kali ini bikin giveaway lagi nih. Hajatannya unik. Soalnya berhubungan sama foto-foto. Hihi. Temanya kali ini membahas tentang Narsisis Artistik. Apa ya maksudnya? Kalo dari yang aku tangkep sih, maksudnya, foto itu mengandung unsur narsis (cinta diri sendiri) dan juga artistik alias indah dipandang. Bisa juga berarti mengandung unsur seni yang bikin orang yang liat fotonya ngira kalo fotonya diambil pake kamera kece. Hehe. :D Intinya sih, fotonya keren dan bikin penasaran sama maksud si fotografer ituh. Oke, kalo dari definisi tadi, bisa dong foto berikut ini dimasukkan ke dalam kategorinya? :D :D Kalo belum, yaaa anggep aja gitu lah ya. Yang penting, narsis :P 





Thinking of you: 
Di antara masa lalu dan masa depan ada suatu ruang bernama ruang antara. Saat ini aku sedang ada di sana untuk menatapmu.


NB : diambil pake kamera hp, selca, di tahun 2009 :D lama banget yak. 
hihi, termasuk salah satu foto yang aku sukaaa xD

Postingan ini diikutsertakan di Narsisis-Artistik Giveaway

Jumat, 01 Februari 2013

My Sunny Girl


My Sunny Girl
By Ila Rizky Nidiana

“It’s a sunny day, I love it!”, aku bergaya di depan kamera. Membentangkan  tanganku lebar-lebar.  Lalu memamerkan deretan gigi kelinciku. Di belakangku terbentang hamparan bunga-bunga di taman kota.

Klik!

Biyan melingkarkan jemarinya membentuk tanda oke.

“This is my favorite  ones, Dear! Hehe... “ Lelaki itu menekan tuts di lensa kamera. Membidikkan  lensa ke  sudut kota.

“Keisha, I think you should learn about photography too, so you could share for me many stunning and beautiful scenes!” Aku mengangguk pelan.

Kuletakkan tas ranselku di atas hamparan rumput. Helai dedaunan maple yang ramai  jatuh satu persatu di bawah kakiku membuatku selalu rindu suasana ini. Seperti berada di negeri dongeng dengan sejuta impian masa kecilku.

Aku suka menatap Biyan lama-lama. Tertegun sendiri. Saat melihat Biyan melepaskan emosi lewat bidikan lensa kamera. Dan aku bisa memotret wajahnya di mataku. Sinar lembut wajah lelaki yang memancarkan cinta.

***

“Last day at Munchen. Where will we go today?”
“Are you also coming to Paris?”
“I’d love to Biyan. But not enough time. How are you?”
Biyan memegang tanganku. Ada rasa getar halus mengalir di tubuhku. Tapi segera kuabaikan.
“Suasana di sini cozy dan berbunga-bunga, Dear. Aku suka banget bunga2 ituu... “ Aku meracau seperti burung yang baru lepas dari sarangnya. Hahaa.. iya, Biyan menarik lenganku mendekat. Dia segera melingkarkan tanganku di pinggangnya.  Jemariku menunjuk  toko berpagar bunga-bunga. Indah sekali bunga-bunga itu.

Aku berlari ke depan toko. Menarik tangan Biyan semakin kuat.

“Ayo kita foto berdua di sini, Dear. Sebentar…”

Aku menghentikan langkah seorang lelaki tua bertopi merah yang melintas di depan toko.

“Anggap ini hadiah dariku. Bagaimana? “ dia mengerling manja tanda setuju. Lalu mengajakku senyum di hadapan kamera.




“Sekalian belajar fotografi, hehe. Nice capture, Sir..” aku membungkukkan badan tanda hormat. Sedikit saja salah bahasa tubuh, mungkin aku akan dianggap orang asing yang tidak tahu budaya setempat.
“Neuschwanstein castle indah banget ya. Kita kesana yuk, Dear…” Biyan mengajakku lebih jauh lagi menjelajah kota ini.

Perjalanan ke kastil Neuschwanstein sempurna menambah daftar kebahagiaanku. Bentangan rumput hijau, rumah-rumah  di pedesaan, hutan pinus, es membeku, butiran salju, hamparan  pegunungan Alpen, dan tentu saja kastil kuno, really enjoy it! Thanks my Dear Biyan. Love you!


***

Biyan antri beli Bayern-Ticket di loket kereta. Aku yang duduk-duduk mengayunkan kaki ke udara. Lalu berdiri lagi karena tak tahan ingin segera pergi berjalan-jalan ke Paris. Surganya para pecinta.
Aku membeli penutup telinga yang dijual 1 Euro per pasang. Kubaca di keterangan  toko, kata pelayannya ini digunakan untuk kenyamanan atau keselamatan telinga. Cuaca kadang tidak menentu, dan aku yang kadang mengabaikan kesehatan, harus membeli sepasang, uhmm.. dua pasang kurasa. Dengan biyan satu pasang dan aku sendiri satu pasang.
Tutt tuut tuut!
Ponselnya yang disimpan di tasku berbunyi.
Aku membaca satu panggilan tak terjawab di ponselnya. Kubuka dan baru beberapa detik, sebuah panggilan bordering lagi.
“Haloo…”
“Hallo, Biyan….It’s me, Dear…”
Deg! Suara itu… Suara perempuan….
Lututku lemas, aku kehilangan keseimbangan.

***

Hauptbahnhof München. Stasiun kereta antarnegara dan regional yang sangat ramai namun teratur. Aku menangis di sandaran kursi. Lalu  gagap, aku kalut berlarian di depan orang-orang di stasiun.  Kusibak beberapa  tangan yang kulewati. Perih!

Lelaki itu sungguh terlalu. Dia membawa semua  cinta dan kesetiaanku selama 1 tahun ini.  Bersama sesosok perempuan lain. Tadi aku sempat mengingat suara itu. Dan itu suara Nay.

Kulempar kamera ke tong sampah. Biyan melihatku berlari menangis. Dia mengejarku kalut.

Tuutt tuuutt…
Kereta melaju kencang dari arah berlawanan.

Brakk!

Suara benda terjatuh berdebam keras sekali. Darah berceceran di lantai. Aku melihat bayangan diriku dari atas langit.

“Slamat tinggal Biyan…”

***


 NB : minta kritiknya ya, teman. hihi. Belum pernah ngrasain menjejakkan kaki di negeri 4 musim, dan kayaknya ada yang janggal xD