Tak ada yang
menarik bagiku dari Semarang, setidaknya untuk saat ini. Mungkin karena sikap skeptisku yang belakangan
hadir lagi. Di kota ini aku menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk kuliah dan
menimba ilmu. Sayangnya, bahkan kuliahku tak direstui orang tua, sampai saat
kemarin hampir pendafaran wisuda, ada saja kendala.
Btw, rasanya
jika ditanya andai aku ke semarang? Aku ke semarang hanya untuk menyelesaikan
apa yang harus diselesaikan. Amanah. Tak ada wisata seperti dulu yang biasa
kulakukan untuk mengusir penat. Jalan-jalan ke simpang lima, ke gramedia
pandanaran, ke togamas dekat kampus undip, ke toko pands untuk melihat dan
belanja baju muslim, ke masjid agung jawa tengah atau ke pantai maroon untuk
melihat sunset. Di masjid agung jawa tengah aku biasa hunting foto baik malam
hari maupun siang hari. Semarang yang indah, sayangnya tidak indah untuk saat
ini. Rasanya itu tak akan aku lakukan, karena ada yang jauh lebih prioritas.
Mungkin rasanya
bakal aneh sekali. Kota yang dulu kamu cintai tiba-tiba menjadi kota yang
paling kamu tak ingin kunjungi. Hanya, memang inilah perasaanku sekarang. Malas
rasanya ke kota yang mengingatkanku bahwa ada amanah yang harus diselesaikan
sampai tuntas. Malas rasanya harus menghabiskan biaya sekian ratus ribu hanya
untuk mengurus hal yang seharusnya sudah bisa selesai andai orang tuaku mau
mendoakan kemudahan urusanku. Rasanya seperti berjuang sendiri. Padahal anak
tanpa doa orang tua akan jadi apa?
That why, kalo
kamu tanya apa yang akan aku lakukan di semarang, aku akan tegas bilang hanya
menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Tanpa embel-embel wisata kota atau city
tour apalagi wisata kuliner.
btw, pekan depan aku ke semarang. Menyelesaikan yang tertunda. Doanya ya :)
Masnun seorang veteran yang tidak lagi dihargai oleh
negerinya sendiri karena tidak cukup mendapat santunan, akhirnya merelakan diri
untuk menjauh dari hiruk pikuk kota Surabaya. Masnun merupakan seorang saksi
mata disobeknya bendera di peristiwa 10 Nopember 1945 di Hotel Yamato Surabaya.
Masnun yang sudah tua akhirnya menjauh ke kota kelahirannya di Bojonegoro
bersama anak perempuan dan juga cucunya yaitu budi dan bening. Bermula dari
sana, ia mulai mengajak cucunya, Budi untuk terus memupuk impian agar menjadi
orang besar, agar terus bisa belajar meski himpitan keuangan mendera
keluarganya.
Triller ke-1 film ini dibuka dengan adegan latihan semaphore
di sekolah Budi. Sang kakak kelas yang
melatih pramuka mengajak untuk ikut serta dalam jamboree nasional. Budi yang
merasa tidak memiliki uang untuk bisa membeli keperluan pramuka, akhirnya harus
tertunduk lesu. Ia tidak percaya bahwa impiannya untuk menjadi seorang pramuka
sejati harus kalah oleh kurangnya dana.
Budi ingat apa pesan simbah padanya.
“Pokoknya kamu harus ikut persami, supaya kamu bisa ikut jamboree.”
Rasa lesu
karena himpita keuangan ia tepis dengan rela mencari pekerjaan agar bisa
mengumpulkan uang. Di sinilah petualangan Budi dimulai. Bagaimana ia bekerja
keras agar impiannya bisa tercapai. Ada adegan nenek Budi tak mau membantu
Budi, ia menganggap bahwa Budi tak perlu ikut serta dalam kegiatan pramuka.
Cobalah perhatikan kata-kata di percakapan ini. “Mbok si budi kuwi ga usah
terlalu dimanja tho, pak.” Apalagi mengingat ibunya pun tak merestuinya. “Lha
wong buat uang sekolah kamu uang ibu udah dipepet-pepet.” Bagaimana seorang
anak bisa membuat impiannya tercapai, bila restu ibu saja tak ada?
Hasduk yang merupakan kebanggaan bagi anggota pramuka harus
diganti dengan pola yang baru karena terbakar, padahal Budi mendapatkannya
dengan susah payah. Budi yang tidak punya uang untuk membeli hasduk terpaksa harus
merelakan sang adik, yaitu Bening untuk membuat pola baru di kain hasduknya
dengan kain seprai bergambar kepala Barbie dan motif bunga-bunga. Bisa dibayangkan
apa yang dirasakan oleh Budi? Iya, ia menangis. Rasa harga dirinya sebagai
seorang pramuka penggalang surut seketika karena hasduk yang tidak bisa ia beli
harus diganti dengan hasduk berpola.
Hanya simbahnya saja yang mantan veteran itu yang masih
membuat Budi bersemangat untuk mengikuti persami. Mengumpulkan satu demi satu
serpihan semangat yang kadang kendur. Budi juga menjadi lebih semangat lagi
saat tahu pelatih pramukanya siap untuk mendukungnya. Apa kata-kata dari
pelatihnya itu? Yap, ini dia.
“Apa pun
masalahmu, saya yakin kamu bisa mengatasinya.” Sebuah penguatan yang meneguhkan
hati. Sebuah kata yang layak menjadi obor bagi semangatnya yang telah layu.
Hasduk
berpola awalnya adalah ide dalam sebuah cerpen yang ditulis oleh Bagas D. Bawono.
Film ini diangkat berdasarkan kisah di cerpen sepanjang 9 halaman tersebut. Saat
ini dibuat filmnya oleh alineapicture. Buat saya yang pernah mengalami
masa-masa seru mengikuti kegiatan pramuka, film ini mencerminkan sisi lain
nasionalisme. Nasionalisme sederhana ala anak pramuka yang berasal dari desa,
dari keluarga sederhana. Bagaimana cara ia bertahan dari kendurnya cita-cita,
bagaimana ia tetap teguh untuk menjadi seorang pramuka sejati dengan mengikuti
persami, dan mempunyai kelengkapan pramuka utuh? Bagaimana ia harus menolak
ajakan temannya untuk ngamen. Buatnya ngamen itu menciutkan harga dirinya. Ia
lebih baik mencari uang dengan bekerja serabutan daripada harus ngamen, meminta-minta
pada orang lain.
Sisi unik film ini adalah saat Budi berusaha untuk mewujudkan
impian kakeknya agar bisa terbebas dari rasa bersalah karena merasa jadi
pecundang. Pecundang karena tak berani mengibarkan bendera merah putih saat
diberondong peluru dari segala penjuru. Siap melihat sisi heroik dari Budi saat
berusaha mengibarkan bendera milik kakeknya yang sudah lama lusuh dan berubah
warna? Mari lihat filmnya di bioskop kesayangan anda. ;)
Nah, ingin tahu film Hasduk Berpola seperti apa kisah lengkapnya? Yuk, sebelum nonton filmnya, unduh dulu cerpen Hasduk berpola. Gratis lho unduhnya. Cek di sini! ;) Selamat penasaran menanti filmnya tayang di bioskop tanggal 21 Maret 2013 yaaa. ;) Judul : Hasduk Berpola Sutradara : Harris Nizam Penulis : Bagas D. Bawono dan Kirana Kejora Pemain : Bangkit Prasetyo, Idris Sardi, Iga Mawarni, Fay Nabila, Niniek L. Karim, Ranty Purnamasari, Heri Savalas, Hadi Subiyanto, Sony Gunawan, Petra Sihombing, Calvin Jeremy, Alisia Rininta, Meitha Thamrin Produksi :AlettaPictures
Pagi ini aku dikagetkan oleh sms adikku, katanya dia dapet undian honda jazz dari web 3 care yang mengharuskan dia datang ke jakarta dalam waktu 2 hari untuk mengambilan hadiah. Kalo ga, hadiahnya hangus. Btw, untung dia sms duluan ke aku. Soalnya, ternyata webnya itu web gratisan kayak wordpress gitu dan emang pernah ada yang kena tipu dengan modus yang hampir sama cuma beda provider. Hadehh, bikin bete pagi-pagi. Semoga ga ada yang kena modus penipuan kayak adikku juga ya. :)
Secara mudah sebenernya bisa tau kalo itu penipuan dengan ngecek webnya:
1. Ga mungkin juga 3 bikin web baru cuma buat pasang pengumuman, buang-buang duit
2. Ga ada nomer resmi dari CS nya semisal 123 atau 100 yang nelfon, jadi cuma sms aja
3. Harusnya sih kalo ga nyambung, bakal tetep ditelfon
4. Nama webnya aneh, karena ada tanda - di webnya. Padahal itu ga efektif buat penamaan web
5. Dan lagi, foto di penerimaan hadiahnya itu, kenapa ukurannya kecil semua? :))
6. Paling mencolok karena di samping kanan ada banner jimdo yang tulisannya bahwa kamu juga bisa membuat website yang sama. Artinya? Semua orang bisa bikin web begituan. -.-"
Kalo dapet yang kayak gini, cek lagi deh ya, paling enak ngecek langsung ke CS resmi. Pasti dijawab dengan baik. :)