Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Jumat, 28 Oktober 2022

[Review Film Korea] 20th Century Girl - Kisah Cinta Gadis Abad 20 an

Review Film Korea 20th Century Girl


Adakah teman yang sudah menonton film Korea berjudul 20th Century Girl di aplikasi Netflix? Film Korea yang dibintangi Kim You Jung ini vibesnya mengingatkanku dengan drama korea Twenty Five Twenty One yang dibintangi Kim Taeri dan Nam Joo Hyuk.


Bagaimana rasanya bertemu cinta pertama setelah lama tak bersua selama puluhan tahun? Apakah jantungmu masih berdebar-debar kencang seperti tingkah gadis remaja yang salting? Ataukah justru tak ingin bertemu lagi karena tak mau mengulang luka yang sama? 


Film korea 20th Century Girl

Kisah cinta di tahun 2000-an ini mengingatkanku dengan perjalanan kisah cinta Na Hee-do dan Baek Yi-jin yang berakhir sad ending di Drama Korea Twenty Five Twenty One. Meskipun inti ceritanya hampir mirip, tapi endingnya agak sedikit berbeda. Ada plot twist tak terduga di sini. 


Baca juga : Review Film Korea : The Box - Park Chanyeol


Cara penyajian ceritanya pun sedikit klise dan membuat aku sempat bertanya, "Apakah cerita film 20th Century Girl ini bagus untuk ditonton?" Tapi, menurutku masih layak buat ditonton kok. Hehe





Sinopsis Film Korea 20th Century Girl:


Kisah film Korea 20th Century Girl bermula saat seorang ayah mendapatkan paket dari luar negeri. Ia sedang berkemas karena hendak pindah ke rumah baru. Rumah dan toko lamanya dijual untuk pembangunan apartemen mewah. 


Nama pengirim paketnya adalah Yoseph, yang membuat sang ayah bertanya-tanya, lelaki mana yang dekat dengan anak perempuannya, sampai orang itu mengirimkan VCD film lawas yang disukai bujang-bujang haus kasih sayang. Wkwk. 


Saat ditanya siapa pengirimnya, justru perempuan itu tak mengenal si pengirim paket. Ia pun mengira paket itu salah alamat karena tak mengenal nama pengirimnya : Joseph. 


Kisah bergulir flashback ke masa di tahun 1999 an. Saat itu, Kim Yeon-Doo bilang bahwa ia harus ke Amerika untuk operasi jantung. Jantungnya sangat lemah hingga membuatnya sering pingsan kala kelelahan. 




Na Bo-ra meyakinkan sahabatnya Kim Yeon-Doo bahwa operasi jantung di Amerika perlu dilakukan. Jadi dia nggak usah khawatir kalau harus keluar negeri dan melakukan operasi disana.


Di Amerika, mereka juga bisa saling bertukar kabar melalui email (surel/surat elektronik), jadi masih bisa saling curhatan. Haha


Masalahnya adalah…. Kim Yeon-Doo bilang ia suka dengan seorang anak laki-laki yang bernama Baek Hyun-jin. Nah lhoo 😂


Kim Yeon-Doo ingin sahabatnya mencari tahu tentang anak lelaki yang ia sukai itu. Apa lagu favoritnya, apa jurusan kuliah impiannya, apa makanan favoritnya, apa minuman favoritnya, apa ekstrakurikuler pilihan di SMA Korea, bahkan nomor pager milik cowok idamannya itu. Wadidaw, udah kayak informan aja, bestie 😅


Baca juga : Review Film Korea : Fengshui - Kisah Perebutan Tahta Dua Generasi Raja Korea era Joseon





Yeon-doo ingin mendekati cowok idamannya, tapi dengan bantuan sohibnya. Tapi gimana dong? Dia kan lagi di Amerika? Haha. Jadilah mereka saling berkirim email untuk membahas perkembangan penyelidikan Bo-ra. 


Bo-ra sampai nekat ngejar bus yang sudah melaju kencang. Bahkan, dia bela-belain ikut ekskul penyiaran (radio sekolah) demi bisa cari info tentang Baek Hyun-jin.


Selang beberapa waktu, Hyun-jin sadar kalau dia dikuntit dan diikuti terus sama Bora. Sampai kejadian insiden tawuran ama geng sebelah. Trus, Bora bantuin Hyunjin dan temannya kabur. 


Akhirnya setelah itu, Hyunjin merasa tertarik dengan Bora. Penasaran ni cewek mau nggak ya jadi pacarnya? Daannn…. saking penasarannya, dia nanya, "Eh, kamu suka aku ya?" 


Bora gelagapan jawabnya. Wkwk. Ya gimana ya, dia kan emang nggak suka Hyunjin. Dia cuma cari info aja buat sohibnya. Haha


Gara-gara itu, Bora sampai bilang hal-hal jelek tentangnya, biar si mas crush nggak suka dan ilfeel. Wkwk. 


"Aku tuh makannya banyak lho, makan pizza bisa habis 2 loyang sendiri. Abis liat piringmu aku malah pengen ambil makananmu juga"


"Yaudah nggak papa, nih makananku buat kamu aja. Kamu tau nggak toko pizza di seberang sana, itu punya ayahku.."


"Lho, aku juga nggak suka membersihkan rambut. Rambutku lepek dan bau. Intinya aku nggak mau ya suka sama kamu."


Wkwk. Sungguh dialog yang sangat absurd. 


Akhirnya, dia malah kabur dari Hyunjin yang ngajak dia makan di resto. Tapiii, Bora kelupaan bawa tongkat truknya. Soalnya Bora abis kecelakaan kakinya luka gitu deh. Huhu


Di tengah kegalauan soal hal-hal random yang terjadi, Bora pun sadar bahwa Poong Woon-Ho, si sahabat Hyun-jin ini ternyata ganteng juga. Mana baik pula. Haha. 


Baca juga : Review Film Korea Detective K - Secret of the Living Dead (Detektif K - Rahasia si Mayat Hidup)


Sesama anak ekskul penyiaran radio, tapi masih suka geje haha

Yeah…. Jadi karena kebaikan hati Poong Woon-Ho, Bora jadi mulai caper dan salting tiap liat Woon-Ho yang kerja di toko es krim seberang kios rental vcd milik keluarganya. Wkwk


Pokoknya tiap ada dia, Bora jadi salting. Pernah juga Bora ngajakin adeknya buat pura-pura latihan badminton depan rumah. Buat apa? Ya buat caper ama mas crush. Wakakak. 😆


Ampe emaknya Bora nyeletuk dari atas rumah, bilang kalo anaknya tuh nggak pernah olahraga. Hahaha. Kejadian ini bikin Bora langsung salah tingkah dan malu banget ketahuan bohongnya demi ayang. Haha


Tapi, ternyata cowok itu ngajakin Bora ke rumah lamanya buat metik buah plum yang sedang berbuah. Ditambah lagi, diajakin nonton film bareng di akhir pekan. PDKT nya udah makin agresif aja, maszeh. Haha


Korean movie 20th century girl
Kenyang makan, eh diliatin crush malah salting. Haha

Tapi, ya ternyata ada kejadian yang bikin Bora mengurungkan niatnya buat jadian ama cowok incarannya. Apa itu? 


Ternyata Bora selama ini salah mengenali orang. Cowok yang disukai Bora itu ternyata cowok yang disukai Kim Yeon-doo juga. Waduh, jadi gimana dong? Jadi Bora salah ngira nama cowok yang dikenalnya, karena salah baca nametag pas di bus. Dia juga nggak konfirmasi kalo namanya tuh salah. 


Yang disukai Bora dan Yeon-doo tuh namanya Poong Woon-Ho, cowok cool sedingin kulkas yang baru pindahan dari Selandia Baru. Bukan Hyun-jin yang suka bikin onar dan naik motor cowok. 


Ya, intinya sih keempatnya jadi terjebak dalam hubungan yang rumit. Hyun-jin ngira Bora suka dia, ternyata bukan. Bahkan dia ditolak dan hanya dianggap sebagai "teman seangkatan" aja. Hwkwk


Woon-ho nembak Bora, eh ditolak karena nggak mau bikin Yeon-hoo kecewa. Ya gimana yaaa…. Yang duluan suka kan sohibnya. Masa main tikung aja siiyy?


Karena itulah Woon-ho pun nekat menyatakan rasa cintanya ke Bora pas mereka berempat main ke taman bermain (semacam Dufan gitu). Demi ayang rela bela-belain naik roller coaster buat teriak "aku suka Na Bora.", padahal dia aslinya takut ketinggian. Heehe


Jadi gimana dong? Apakah cintanya bakal diterima sama Bora? Trus gimana ama nasib dua sahabatnya yang lain?


Dipeluk dong abis kelar ngejar kreta ayang kayak adegan film AADC

Review Film 20th Century Girl - Kisah Cinta Gadis Abad 20 an: 


Menurutku, film korea 20th Century Girl memiliki berbagai aspek yang mirip dengan drama korea Twenty Five Twenty One. Dari mulai adegan, tokoh cewek yang unik, juga kisah cintanya yang bisa dibilang sad ending. 


Meskipun ada banyak kesamaan vibes yang dibangun dalam ceritanya, tapi masih ada sisi lain yang berbeda. 


Kisah cintanya memang teramat klise. Ya, namanya jatuh cinta di era milenial, di mana dulu kalau mau nelpon tuh nggak bisa. Kita harus kirim pesan ke pager. Dari kode pesan yang dikirim ke pager ini, penulis membangun narasi yang membuat penonton ikut masuk ke dalam cerita. 


Pager dan email jadi andalan untuk berkirim pesan. Nelpon tuh jarang banget, karena harus pake telepon umum yang pake koin. 


Nangis kejer dah wkwk

Kalau dipikir-pikir orang zaman dulu ribet juga ya. Haha. Tapi beruntunglah di era mereka cinta masih bisa diperjuangkan, walaupun begitu sulit seperti melupakan Reyhan. Haha. 


Bayangin aja, gimana caranya tau kabar ayang kalau nelpon dibatasi waktu. Kalau koinnya habis ya udah, nggak bisa nelpon lagi. Paling cuma janjian di pager buat ketemu di mana gituuu. 


Pesan di pager juga berbatas waktu, karena modelnya pesan singkat yang harus didengarkan di telpon, bisa telepon umum ataupun telepon rumah. 


Menurutku yang bikin kisah di film 20th Century Girl menarik adalah karena kisah cintanya ibarat cinta abadi. Kisah cinta yang nggak hanya LDR beda benua dan beda negara, tapi udah beda alam akhirat. 


Si cewek, Na Bora pernah nyeletuk bilang, gimana pun kalau cowoknya mati pun dia nggak peduli. Dia bakalan move on dan menjalani hidup yang baru tanpa Woon-ho. Dia lupa kali ya kalau ucapan adalah doa. Ucapannya beneran kejadian dong. 


Woon-ho udah nggak ada karena udah meninggal di tahun 2001, tahun di mana dia baru pindah ke Selandia Baru. 


Woon-ho nggak keburu melihat sosok baru dari kekasihnya, Bora. Bora yang ada di abad ke-21. Bora yang tentunya akan tumbuh jadi gadis yang dewasa. Bukan Bora di tahun 2000. 


Ditraktir es krim aja seneng banget. Haha


Isu tentang kiamat tahun 2000 itu memang udah jadi bahan gosip sejagat raya. Bahkan ramalan bakal kiamat ini juga ramai dibahas oleh anak-anak remaja di Korea yang hidup tahun 90 an. Begitu ganti masuk abad milenium di tahun 2000 dan ternyata nggak jadi kiamat, mereka seneng banget. Mereka pun merayakan kehidupan yang lebih baik dan segar. 


Kisah cinta 20th Century Girl akan related dengan penonton drama korea Twenty Five Twenty One (drakor 25 21). Meskipun endingnya kurasa jauh lebih nyesek. Udah LDR beda dunia, tahunya pun setelah 15 tahun berlalu. Cowoknya udah kependam di tanah, dia baru sadar setelah puluhan tahun. 


Ya, kalau dipikirin kagi ngenes banget kisah cintanya. Meskipun begitu, aku jadi sadar bahwa penonton film 20th Century Girl yang related pasti adalah orang yang juga merasakan kesamaan perasaan dan kehidupan di tahun 1990-2000 an. 


Di tahun 2000 an orang baru mulai kenal internet, jadi bisa dibilang cikal bakal dunia maya sudah ada sejak tahun itu. 


Chatting dengan orang asing melalui MIRC atau yahoo messenger, kirim pesan lewat email, chat dengan stranger, bahkan jatuh cinta via online. Lalu, interaksi yang terbatas karena hanya punya pager tanpa telepon rumah, tentu bikin orang jadi terbatas. 


Kisah 20th Century Girl membuat aku jadi serasa kembali ke tahun 2000 an. Tahun itu umurku baru 12 tahun. Jadi bisa dibilang masih unyu-unyu. Tapi sempet kok ngerasain bikin email di warnet, berburu video rentalan di toko langganan, dan chatting di room chat dengan sistem patungan bareng teman SMP. Haha


Kalau dulu itu komputer hanya milik orang kaya, dan mesin ketik juga. Pager hanya dimiliki orang tertentu. Eh, mas sepupu punya pager lho. Tapi aku nggak ngalamin zaman pakai pager ini. Hehe


Kalau pakai telepon umum buat nelpon gebetan sih ada banget. Wkwk. Dulu aku nemenin temen yang mau pdkt sama teman kelas lain. Hahaha. 


Udahan nangisnya dong. bikin mewek seminggu nih 😭😭😭


Oiya, menurutku yang menarik adalah endingnya yang tak terduga. Ada plot twist yang membuat kisah cinta Na Bora dan Poong Woon-Ho jadi unik. Selain itu, kisah cinta ini juga menghangatkan hati dan menunjukkan bahwa persahabatn di tahun-tahun itu masih tulus. 


Kita bisa bersahabat dengan orang lain yang menjadikan mereka seperti keluarga sendiri. Bahkan menghabiskan waktu di rumah sahabat itu sesuatu yang wajar. Dari main bareng, nugas bareng, sampai makan bareng pun nggak masalah. 


Tanpa sadar, adanya internet memang memudahkan kita, tapi kita jadi sulit menghargai kehadiran orang lain secara utuh karena distraksi social media dan gempuran internet di tahun 2022 seperti sekarang yang mengubah pola interaksi antar manusia. 


Di tahun 2000 an, kita masih mau datang ke rumah orang lain untuk berinteraksi. Sesekali janjian menggunakan telepon umum atau pager. Berkirim kabar lewat email, namun bukan berarti kehidupan hanya sebatas ketikan huruf di layar komputer. 



Menurutku, internet saat itu adalah bentuk transformasi perubahan industri, hingga membawa perubahan banyak hal. Internet mengubah manusia, dan manusia berubah menjadi lebih individualis. Tidak seperti pola kehidupan sebelum tahun 2000 an yang lebih senang dengan interaksi nyata yang seperti keluarga sendiri. 


Overall, kalau kamu tanya apakah film 20th Century Girl ini worth it? Yes. Film korea terbaru di Netflix ini akan membawamu bernostalgia serasa melintasi zaman. Film ini akan membuat generasi sekarang jadi lebih menghargai teknologi dan kehidupan yang dijalani saat ini. 🥰


Rating : 10000/10 🌟


Nah, selamat menonton film 20th Century Girl di Aplikasi Netflix ya! ❤️



Cast Pemain film 20th Century Girl di Netflix: 


Kim You-Jung sebagai Na Bo-Ra

Byeon Woo-Seok sebagai Poong Woon-Ho

Park Jung-Woo sebagai Baek Hyun-Jin

Roh Yoon-Seo sebagai Kim Yeon-Doo


Kamis, 27 Oktober 2022

5 Tips Memulai Bisnis Kopi Seperti Profesional

5 Tips Memulai Bisnis Kopi Seperti Profesional


Jika kamu ingin memulai bisnis kopi, lima tips ini akan membantumu memulai dengan langkah yang benar. Dari memanggang biji kopimu sendiri hingga peluang waralaba, mengikuti tips ini akan membantumu sukses.


Coffee latte art
Pic by @ilarizky


Senin, 24 Oktober 2022

9 Best Tips for Safe and Unique Bali Tours


9 Best Tips for Safe and Unique Bali Tours


Whether you’re planning your first trip to Bali or you’re a seasoned traveler, these 10 tips for safe and unique Bali tours will help you make the most of your time on the island. 


From exploring the best temples to savoring the island’s seafood restaurants, these tips will help you have the best trip of your life. So why wait? Start planning your perfect Bali tour today!

Kekuatan Tradisi Keluarga yang Persisten di Tiongkok

 

Tradisi Tiongkok (doc : tribunnews.com)


Kekuatan Tradisi Keluarga yang Persisten di Tiongkok


Dalam masyarakat tradisional China, keluarga adalah landasan masyarakat dan kunci sukses. Kesetiaan kepada keluarga inilah yang telah membantu menjadikan China salah satu ekonomi paling sukses di dunia. 


Tradisi keluarga dan pengaruh sosial yang kuat yang diberikannya telah membantu menjaga Tiongkok tetap bersama melalui beberapa masa tersulitnya. Namun, karena dunia menjadi lebih kompleks dan kemajuan teknologi, tradisi ini menjadi kurang kuat.